Seiring dengan perkembangan zaman inilah masyarakat sekarang lebih sibuk dengan pekerjaannya untuk memenuhi tuntutan hidup yang semakin mendesak. Hal ini yang menyebabkan kegiatan gotong royong semakin ditinggalkan, termasuk kegiatan béas pérélék di antaranya. Maka apresiasi tinggi dapat kita tujukan kepada Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi yang mencoba menghidupkan kembali kegiatan béas pérélék di lingkungan masyarakat desa di wilayah Kabupaten Purwakarta.
Sehubungan dengan itu, untuk menghadapi kendala keberlangsungan aktivitas béas pérélék di kabupaten Majalengka, langkah yang dilakukan di Purwakarta bisa menjadi contoh untuk diaplikasikan. Jika mungkin, aktivitas seperti ini dapat dimasukkan ke dalam kebijakan pembangunan daerah, dengan dasar pemikiran bahwa kegiatan seperti ini merupakan realitas keterlibatan masyarakat di dalam pembangunan.
Kesimpulan
Béas pérélék adalah trend tersendiri yang hadir di tengah-tengah masyarakat sebagai jaring pengaman sosial untuk menjaga kesejahteraan dan kebersamaan. Kesimpulan ini diambil berdasarkan fakta bahwa masyarakat dalam parameter tertentu telah terbantu dengan keberadaannya. Beberapa segmen kebutuhan hidup masyarakat mampu dipenuhi dengan adanya béas pérélék. Setidaknya inilah yang dirasakan oleh masyarakat Desa Malongpong dan Kawunggirang di Kabupaten Majalengka.
Pembangunan sejatinya bertujuan untuk menaikkan tingkat hidup dan kesejahteraan rakyat. Sekecil apapun yang diperbuat, sepanjang untuk kebaikan, hasilnya adalah maslahat untuk bersama. Beas perelek adalah bentuk dukungan terhadap pembangunan, yang jika dibandingkan dengan pemodal besar memang belum sebanding, akan tetapi makna dan nilai yang terkandung di dalamnya jauh lebih berharga dibanding investasi uang sebesar apa pun.
Masyarakat Desa Malongpong dan Kawunggirang merupakan tipikal masyarakat pedesaan yang masih kental ranah aktivitas sosialnya. Dengan menjalankan beas perelek, kebersamaan selalu terjalin di dalamnya. Kendala yang ditemukan ketika masyarakat berhadapan dengan realita modernitas, seyogyanya bisa diatasi dengan menjaga konsistensi kegotongroyongan dalam segala segi kehidupan.
Sumber Bacaan
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta
Sujarwa. 1999. Manusia dan Fenomena Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Maryati, Kun dan Juju Suryawati. 2001. Sosiologi 3. Jakarta: Gelora Aksara Pratama
https://kknm.unpad.ac.id/malongpong/2013/02/21/beas-perelek/