Siapa yang tidak kenal dengan permen karet? Permen karet yang rasanya manis dengan tekstur yang kenyal ini membuatnya menjadi favorit bagi banyak orang, baik anak-anak maupun orang dewasa. Ingatkah Anda pada masa kecil? Sewaktu Anda masih kecil, barangkali sering diperingatkan orangtua supaya berhati-hati mengunyahnya agar tidak tertelan.
Tapi bagi mereka yang telah biasa mengunyah dengan baik, tidak ada salahnya untuk mengunyah selama beberapa menit si permen karet ini. Kendati menurut penelitian banyak manfaat yang didapat dari mengunyahnya, namun mengunyah permen karet harus beraturan.
Salah satu manfaat dari mengunyah permen karet di antaranya adalah dapat membakar kalori.
Asalkan, permen itu dikunyah sambil berjalan.
Inilah temuan terbaru para ilmuwan Jepang yang diterbitkan di TheJournal of Physical Therapy Science dan dilaporkan di European Congress on Obesity di Vienna.
Menurut mereka, memadukan olahraga dan mengunyah permen mungkin merupakan cara efektif untuk menjaga berat badan, terutama di negara Jepang, di mana berjalan kaki adalah lumrah.
Riset sebelumnya telah menunjukkan bahwa mengunyah permen karet saja dapat mendorong denyut jantung dan pengeluaran energi saat beristirahat. Nah, studi kali ini berfokus pada efek makan permen karet sambil berjalan.
Dalam eksperimen ini, 46 partisipan dengan rentang usia 21-69 tahun melakukan dua sesi berjalan, masing-masing 15 menit. Di sesi pertama, mereka mengunyah dua permen karet setara 3 kilo kalori. Di sesi lain, mereka berjalan setelah mengonsumsi bubuk dengan kandungan serupa.
Kemudian, tim ilmuwan mengukur denyut jantung istirahat maupun denyut jantung saat berjalan di kedua sesi, begitu pula jarak yang ditempuh partisipan, kecepatan mereka berjalan, dan jumlah langkah yang diambil.
Hasilnya? Seluruh partisipan menunjukkan rata-rata denyut jantung yang lebih tinggi secara signifikan dari sesi berjalan sambil mengunyah permen. Untuk pria di atas 40, aktivitas ini juga meningkatkan jarak tempuh, jumlah langkah, dan energi yang dikeluarkan.
Asumsi peneliti, hasil studi ini mungkin terkait dengan apa yang disebut "sinkronisasi kardio-lokomotor" - fenomena alami di mana jantung berdenyut selaras dengan gerakan berulang.