Mohon tunggu...
Ashri Riswandi Djamil
Ashri Riswandi Djamil Mohon Tunggu... Guru - Belajar, belajar, dan belajar

wkwk land

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pria Malam

7 Agustus 2020   16:41 Diperbarui: 7 Agustus 2020   16:33 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kesedihan itu tidak hanya dirasakan oleh keluarga yang ditinggalkan. Tapi sebagai perawat. Menjadi makanan sehari-hari. Menjadi perawat di malam hari bukan untuk semua orang. Bukan pula merasa terhormat. Tidak. Ini pekerjaan dengan segala resikonya. Bahkan semua pekerjaan. Apapun profesinya. Tidak lebih mulia dari profesi lainnya. Memang menjadi perawat itu membuat pasien nyaman. Itu tugas kami. Kepuasan dan kebahagiaan kami pun sederhana. Melihat senyuman di wajah mereka. Ucapan terima kasih saja sudah membuat aku dan rekan-rekan bahagia. Terlebih ketika pasien itu meninggalkan kamar. Hidup nya lebih baik daripada hari-hari ketika mereka dirawat.

Pria malam yang dulunya anak pagi. Aku tidak menyesalinya. Selarut apapun aku bekerja. Setidaknya masih bisa menghirup udara pagi. Karena pagi waktunya pulang untuk istirahat. Hari ini hari terakhir aku menjadi pria malam untuk bulan ini. Bulan depan aku kembali menjadi anak pagi. Atau pria pagi. Dan sudah berjalan seperti ini selama tujuh tahun penuh kesan ini. Per bulan ganti waktu kerja. Siapa juga yang tahan kerja malam selamanya. Semua harus seimbang bukan?

Matahari pagi ini membuatku untuk beberapa saat berdiri menatap hangatnya sinar itu. Di depan pintu keluar yang masih sepi dari lalu lalang orang-orang. Rasanya menyenangkan setelah keluar dari kotak pendingin ini. Karena AC yang dua puluh empat jam nyala nonstop. Mungkin perlu ada ruangan khusus dengan lampu hangat seperti yang dipakai penjual makanan agar hangat lebih lama. Atau seperti toko emas. Agar emasnya terlihat menyala. Entahlah usulan dalam pikiranku yang mungkin konyol untuk diutarakan di depan direktur rumah sakit. Aku tersadar dari pikiranku dan berjalan menuju arah rumah kos tempat tinggalku tidak jauh dari sini. Matahari makin tinggi dan panas pertanda sinar UV tipe B akan segera berakhir. Berakhir pula tugas ku hari itu.

Depok, 6 Agustus 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun