Mohon tunggu...
Moh. Ashari Mardjoeki
Moh. Ashari Mardjoeki Mohon Tunggu... Freelancer - Senang baca dan tulis

Memelajari tentang berketuhanan yang nyata. Berfikir pada ruang hakiki dan realitas kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

"Misteri" Kebenaran dalam Bernegara

3 Februari 2019   06:34 Diperbarui: 3 Februari 2019   06:54 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

REVOLUSI SPIRITUAL

Memaksakan kebenaran
Mau tidak mau harus diakui bahwa "negara" kita ini seperti menghindar kalau diajak bicara tentang "kebenaran" yang seolah hanya Islam sebagai rujukan.

Apalagi kalau yang ngotot ajak omong-debat menegakkan "kebenaran" banyak yang pakai kostum dan dandanan habib-habib ala Timur Tengah.
Jangankan aparat pemerintah, ulama-ulama Indonesia yang bergelar Profesor, Doktor  pun agaknya banyak yang enggan meladeni.

Kebenaran dalam kehidupan bernegara ada pada segala aturan yang dibuat berdasar undang-undang yang bersumber dari konstitusi yang dibuat manusia.

Tetapi kenyataan sehari-hari. Kebenaran bermunculan seperti seratus satu pendapat berbeda yang semua minta diterima.
Khusus di Indonesia konstitusi harus dibuat berdasarkan Pancasila.

Sedang menurut penulis, kebenaran mutlak yang ada dalam realita kehidupan adalah pada hukum alam yang dirumuskan manusia sebagai "ilmu pengetahuan" dan hukum perbuatan manusia yang dijabarkan dalam ajaran kehidupan yang disebut "agama."

Perbedaan agama dan konstitusi
Agama adalah aturan hidup pribadi yang benar untuk hidup saling bergantung dengan sesamanya yang ada di sekitarnya. Sedang konstitusi adalah cara hidup bersama untuk menghormati, menghargai, menjaga dan melindungi hak pribadi setiap warga negara.

Paksaan untuk politisasi agama
Mereka yang ngotot memaksakan agama untuk dibawa ke ranah politik---mengatur negara, bisa dipastikan hanya orang-orang yang tidak pantang menerima duit haram.

Karena untuk kepentingan apapun manusia pasti memerlukan duit. Sedang agama tidak punya kepentingan apa-apa. Umat beragama pasti akan sangat baik jika berpolitik. Mereka pasti mengamalkan ajaran agamanya dalam berpolitik. 

Memang tidak bisa dipungkiri orang politik ada yang punya kepentingan tertentu untuk menggunakan sentimen agama. Biasanya mereka yang ngotot karena mau diperalat oleh pihak-pihak yang punya kepentingan kotor dalam berpolitik.  

Politik kotor selalu menghalalkan segala cara untuk memposisikan diri bisa diakui sebagai yang paling benar jalan pikirannya karena agamanya---Islam.

Agama bukan ajaran yang menakutkan
Menjadikan Islam untuk kepentingan politik bisa menjadikannya seolah ajaran yang menakutkan. Padahal mayoritas rakyat Indonesia termasuk semua Presiden yang pernah memimpin negeri ini adalah para pemeluk "Islam Indonesia" yang terkenal di seluruh dunia sebagai Islam yang terbaik.

Penulis tegaskan "Islam Indonesia." Karena realita menunjukkan bahwa wujud Islam di Indonesia memang beda dengan yang ada di belahan dunia yang lain. Taruhlah dengan yang ada di negara-negara di Timur Tengah, Pemerintah R.I. cukup arif dalam membawakan perbedaan ini.

Ulama menghakimi kebenaran
Sampai saat ini salah, benar dan dosa dalam realita, seakan masih merupakan misteri. Seakan-akan hanya diketahui dan boleh dinyatakan oleh mereka yang disebut sebagai "ulama."

Ulama dipandang yang paling benar dalam menetapkan yang  salah, yang dosa dan yang benar . Selain ulama tidak pada tempatnya orang boleh menyatakan salah dan benar.

Sebab yang dianggap salah oleh seseorang belum tentu salah bagi orang lain. Apalagi oleh ulama maupun Tuhan. Dan sebaliknya. Apa yang dianggap benar oleh orang awam, belum tentu benar bagi ulama.

Tuhan dianggap TahuNYA hanya benar doang  karena  tidak bisa berbuat salah. Tetapi salah, dosa dan benar yang ditetapkan ulama hanya berlaku jika disahkan oleh pengadilan yang diselenggarakan negara.

Manusia sempurna karena bisa berbuat salah
Penulis pribadi berpendapat bahwa manusia yang benar sempurna adalah yang bisa berbuat salah. Dan yang disebut orang jujur hanya mereka yang benar berani mengakui salah dan dosanya serta sanggup menjalani hukumannya tanpa minta keringanan hukuman.

Hanya manusia mahluk yang sempurna di dalam kehidupan ini karena bisa berbuat salah. Mahluk lain tidak bisa. Jika seseorang berbuat salah tetapi tidak boleh disalahkan oleh negara, maka orang tersebut bisa dinyatakan sebagai orang yang menderita cacat mental atau sakit jiwa.
 
Letak kebenaran
Masalah mendasar sejak awal keberadaan agama. Manusia masih belum mengerti dan tidak tahu di mana letak kebenaran itu berada. Kebenaran itu dirasakan benar-benar dirasakan ada karena menentramkan, tetapi hingga saat ini seperti masih harus terus dicari.

Pada hal kebenaran itu tidak pernah hilang barang setengah detik pun atau bersembunyi dalam sekejap. Meskipun kebenaran memang bisa disembunyikan oleh mereka yang berkepentingan menyembunyikan.

Para ahli kitab yang fasih menyuarakan ayat-ayat suci seolah menyatakan bahwa kebenaran itu ada pada ayat-ayat kitab suci agama. Lalu dibacakanlah ayatnya.

Umat awam sangat tahu bahwa para ahli kitab adalah yang paling hafal ayat-ayat kitab suci dan sangat piawai dalam menafsirkannya.
Maka sangat wajar bila kemudian timbul anggapan bahwa ahli kitab itu sesungguhnya wujud kitab suci yang hidup.

Dalam ayat-ayat kitab suci yang dibaca para ahli kitab jelas tersuratkan dan tersirat bahwa kebenaran terletak pada pikiran (niat), ucapan dan perbuatan manusia.

Kitab suci berisi segala keterangan yang menerangi dan menerangkan yang belum jelas dan terang tentang kebenaran yang harus diterima dan dihadapi serta disikapi umat manusia. 

Jadi menurut penulis kitab suci sama sekali bukan fiksi seperti anggapan Rocky Gerung.

Perintah dan larangan
Apa yang diperintahkan Tuhan pasti benar. Dan yang Dilarang Tuhan pasti juga benar. Maka Perintah dan Larangan Tuhan harus ditaati. Tetapi yang diajarkan justru PerintahNYA harus dikerjakan dan laranganNYA harus dijauhi.

Kapankah Tuhan Memerintah dan Melarang seseorang berbuat sesuatu? Pernahkah kita merasa Diperintah atau Dilarang Tuhan?
Menurut penulis, barangkali jawabnya, tidak pernah. Karena Tuhan itu tidak pernah atau tidak bisa bicara. Sebab kalau Tuhan bisa Bicara tentu bisa bohong seperti manusia.

Di N.K.R.I. Kedudukan agama sangat penting
Di N.K.R.I. kedudukan agama diakui dan dihormati negara. Semua kitab suci agama terjaga kesuciannya oleh negara ini sebagai milik bersama seluruh umat manusia.

Menurut penulis. Di N.K.R.I.. Siapa pun dengan apa pun agama yang dianut tidak dilarang menyampaikan kebenaran yang ada pada agama lain.
Yang mungkin dilarang adalah memperdebatkan apa pun yang menyangkut kitab suci agama. 

Dilarang mengkritisi ayat kitab ayat suci agama. Kitab suci diturunkan untuk dipelajari, dipahami, dibuktikan kebenarannya untuk diamalkan dalam hidup bernegara. Bukan untuk diperselisihkan.

Tetapi memaksa Prabowo untuk mengaji kiranya kurang pada tempatnya. Belum membaca saja keislaman Prabowo sudah jadi bahan ejekan. Apa lagi kalau sempat di suruh baca.

Bahwa Prabowo dianggap banyak melakukan kebohongan ya biarkanlah. Kita ridhoi saja. Manusia berbuat bohong itu wajar saja bukan?
Prabowo dianggap banyak bohong adalah masalah dia.

Demikian. Terimakasih kepada yang telah membaca tulisan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun