Mohon tunggu...
Moh. Ashari Mardjoeki
Moh. Ashari Mardjoeki Mohon Tunggu... Freelancer - Senang baca dan tulis

Memelajari tentang berketuhanan yang nyata. Berfikir pada ruang hakiki dan realitas kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Pak Harto Mewariskan Kebangkrutan Ekonomi, EsBeYe Kemiskinan?

4 Agustus 2018   06:05 Diperbarui: 4 Agustus 2018   06:51 834
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

"Lapas Sukamiskin" yang terkenal itu barangkali dulu dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda dengan konsep yang berfilosofi bahwa siapa pun yang berbuat kriminal---melawan aturan negara, adalah mereka yang dianggap suka hidup miskin---menderita.

Jadi wajar saja jika orang-orang depe'er yang cerdas-cerdas ada yang suka datang ke sana. Agar tidak terlalu kaget jika tiba saatnya harus ikut pula jadi warga binaan di Lapas Sukamiskin.

Data BPS sederajat data badan dunia

Perbedaan angka kemiskinan BPS dengan pernyataan Prabowo maupun EsBeYe sebenarnya tidak perlu diributkan. Tidak ada gunanya. Anggap saja pernyataan-pernyataan tersebut cuma sebagai bahan kampanye yang tidak bermutu menjelang Pilpres 2019.

Yang mungkin perlu dan harus diperhatikan adalah data-data kemiskinan---kalau ada, yang dikeluarkan oleb Bank Dunia atau PBB dibandingkan dengan data BPS. Bukan dibandingkan dengan kata-kata yang diucapkan Prabowo maupun EsBeYe yang tanpa data.

Data resmi itu menentukan kebijakan yang akan ditempuh pemerintah. Bukan untuk memenangkan kursi di depe'er dan bukan pula untuk merebut kursi presiden.

Kursi-kursi di depe'er dan kursi presiden ditentukan oleh pilihan rakyat yang sudah tidak bisa dibodohi.

Rakyat yang cerdas tak hanya terpaku melihat data.

Rakyat Indonesia saat ini sudah cukup cerdas bukan karena sudah sangat faham membaca dan menggunakan data apa pun. 

Bukan pula cerdas karena ada kartu pintar buat anak-anak sekolah. Melainkan menjadi cerdas karena sering dibohongi oleh negarawan---elit politik, yang ternyata adalah preman kaya raya bahkan mungkin agen mafia yang mendalangi tindak korupsi di banyak lembaga negara.

Rakyat Indonesia semakin cerdas dan teliti membaca kebenaran yang dibentangkan dalam realita bernegara, karena juga sering dibohongi dan disesatkan oleh para ulama penganut aliran sesat yang selalu tampil dan bicara heboh berhias atribut-atribut kepercayaannya yang terkesan sangat memaksakan keinginan agar bisa dipercaya oleh rakyat dan Pemerintah.

Demikian. Terimakasih dan salam sejahtera kepada yang telah membaca tulisan ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun