Seperti sengaja pula dimarakkan berbagai isu berbau SARA terasa dan terlihat diramaikan di medsos.
SARA sangat dihormati, dijaga dan dilindungi negara. Tetapi fakta menunjukkan bahwa SARA seakan-akan menjadi mata rantai yang paling lemah untuk memperkuat dan mempersatukan bangsa.
Terkait dengan puisi Sukma yang menghebohkan itu. Sangat diperlukan ada niat kerjasama segenap elemen bangsa untuk membantu para ulama mengantisipasi bahaya SARA sekecil apa pun yang bisa mengganggu kehidupan berbangsa dan bernegara.
Puisi Sukma hanya untuk kepentingan bisnis
Penulis pribadi berpendapat bahwa Sukma si penulis puisi hanya mengungkapkan pandangannya dengan rangkaian kata-kata yang dianggap pasti cocok untuk disampaikan dalam suasana peringatan 29 tahun sebuah badan usaha Anne Avantie jualan busana---wanita, di Indonesia.
Puisi sukma tampaknya hanya menyampaikan pesan kepada kaumnya---perempuan, tentang keindahan busana asli yang berkonde yang berkepribadian Indonesia. Karena sudah sejak lama perempuan Indonesia agaknya banyak yang lebih tergiur dengan busana yang dari "luar." Mungkin hanya sebatas itu.
Syariah Islam dalam puisi Sukma
Dicantumkan Aku tak tahu Syariat Islam, adalah pengakuan jujur si penulis puisi bahwa dirinya tidak paham sampai sampai sebatas mana kata tersebut boleh dipakai. Mungkin si penulis melihat bahwa saat ini banyak sekali kata syariah digunakan.
Ada kata, istilah---nama, bank syariah, hukum syariah, asuransi syariah dan mungkin juga ada dana syariah, yayasan syariah dan sebagainya.Â
Tetapi bisa dipastikan bahwa penggunaan kata syariah tidak bisa dipisahkan dengan ajaran Islam yang menyempurnakan semua ajaran sebelum Islam untuk mengiringi perkembangan peradaban manusia. Sudah barang tentu termasuk dalam berkebudayaan.
Termasuk mempengaruhi---mengarahkan, kreativitas manusia dalam penciptaan apa pun untuk keperluan manusia yang berkaitan dengan busana.