Mohon tunggu...
Cerpen

Bangsa Makmur dan Sejahtera (Katanya)

17 Agustus 2016   01:01 Diperbarui: 17 Agustus 2016   01:15 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kupersembahkan sekelumit kisah tentang negeriku

Dalam bingkai negara yang makmur dan sejahtera (katanya)

Tepat hari ini 17 Agustus 2016, 71 tahun yang lalu

Indonesia nama negaraku yang memproklamirkan kemerdekaannya ditangan 2 sosok penting dalam perjalanan panjang sejarah bangsa ini yaitu Soekarno dan Hatta.

Dengan rasa haru yang sangat tinggi pada waktu itu (17 Agustus 1945) seluruh rakyat bangsa ini turun untuk menyaksikan pengibaran Sang Saka Merah Putih untuk pertama kalinya tanpa ada rasa takut sedikitpun, banyak juga yang mendengarkan hanya lewat siaran radio namun rasa haru akan kemerdekaan tak surut sedikit pun.

Namun banyaknya polemik yang ada pada saat itu tidak serta merta membuat Bangsa Indonesia luput dari incaran para penjajah utamanya bangsa kolonial Belanda. Usaha Belanda untuk kembali berkuasa dihadapi perlawanan yang kuat. Setelah kembali ke Jawa, pasukan Belanda segera merebut kembali ibukota kolonial Batavia, akibatnya para nasionalis menjadikan Yogyakarta sebagai ibukota mereka. Setelah 4 tahun peperangan dan negosiasi, Ratu Juliana dari Belanda memindahkan kedaulatan kepada pemerintah Federal Indonesia.

Sejarah panjang perjuangan Indonesia tidak bisa dianggap remeh, banyaknya nyawa yang harus melayang demi satu kata MERDEKA, namun sekarang di Tahun 2016 kata MERDEKA hanya tinggal hiasan dalam baliho-baliho saja tanpa ada pemaknaan sedikitpun. Tepatnya tahun 2004 pemilihan umum secara langsung untuk memilih presiden dan wakil presiden merupakan cikal bakal penjualan kata MERDEKA diatas bahan frontlite (kertas baliho), segampang mengambil makanan diatas meja makan dan meletakkan kata MERDEKA sebagai jargon kampannye yang belum mengetahui betul apa arti kata MERDEKA.

Senin 20 Oktober 2014 angin segar melanda Bangsa Indonesia terpilihnya seorang Presiden dan Wakil Presiden yang bernam Joko Widodo dan Jusuf Kalla, yang lahir dari kalanga Jawa tulen dan pedagang dari tanah Bugis negeri ini dengan mengucapkan janji “"Demi Allah, saya bersumpah akan memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia (Wakil Presiden Republik Indonesia) dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada nusa dan bangsa.” Harapan besar Bangsa Indonesia terhadap dua kepala negara ini sangat besar memberikan perubahan yang nyata. Mengusung motto Revolusi Mental diharapkan menjadi kenyataan bangsa ini. Namun apa boleh dikata  tepat 100 hari berlangsung, rakyat mulai gerah dari berbagai polemik yang tercipta. Mulai dari pencalonan Kapolri baru yang tersangkut isu korupsi, belum lagi para Ketua KPK yang sengaja dimunculkan kasus yang menghambat kinerjanya, hingga naik turunnya harga BBM.

Moral bangsa ini kian terjajah dan diuji terus menerus, mulai dari banyaknya kasus pembunuhan yang disebabkan kesenjangan sosial ekonomi, banyaknya kasus kejahatan SEKS, serta yang terbaru di tahun 2016 ini kasus pemukulan seorang orang tua murid kepada guru karena merasa anaknya di telanjangi dengan cara ditegur karena murid berkata kasar kepada gurunya. Mau dikemanakan bangsa ini sekolah yang seyogyanya dijadikan sebagai tempat mengubah moral generasi muda malah dijadikan arena tinju dan tempat lapor melapor orang tua siswa kepada pihak kepolisian atas nama HAK ASASI MANUSIA.

Masih banyak yang perlu diperbaiki di bangsa yang makmur dan sejahtera ini (katanya). Umur 71 tahun merupakan umur yang tak lagi dewasa bila diukur dengan umur umat manusia, harapan terjadinya banyak perubahan dalam fikiran matang seorang pemimpin tersematkan diseluruh hati rakyat bangsa ini. SELAMAT DATANG ANGKA 71, Semoga bisa memberi banyak arti dalam bangsa INDONESA, DIRGAHAYU NEGERIKU BANGKITLAH BANGSAKU, ASSALAMUALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATU !!!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun