Mohon tunggu...
sashavalia
sashavalia Mohon Tunggu... MAHASISWA

hobi, berolahragaa

Selanjutnya

Tutup

Seni

Lintasan Sejarah Retorika dari Masa ke Masa

1 Oktober 2025   09:19 Diperbarui: 1 Oktober 2025   09:19 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seni. Sumber ilustrasi: Unsplash

oPathos (Emosi): Kemampuan membangkitkan emosi pada audiens.

oLogos (Logika): Penggunaan nalar, fakta, dan argumen yang masuk akal.

*Isocrates: Ia mendirikan sekolah retorika di Athena dan berpendapat bahwa retorika harus digunakan untuk tujuan moral dan pendidikan. Ia melihat retorika sebagai alat untuk membentuk karakter warga negara yang baik dan pemimpin yang bijaksana.

Retorika Zaman Romawi

Retorika Romawi adalah jembatan vital yang menyelamatkan, menyempurnakan, dan meneruskan warisan retorika Yunani ke dunia Barat berikutnya. Melalui tangan para maestro seperti Cicero dan Quintilian, retorika tidak hanya menjadi sekumpulan teknik, tetapi juga sebuah cita-cina tinggi tentang pendidikan dan kewarganegaraan yang bertanggung jawab. Bangsa Romawi tidak hanya mengadopsi teori-teori Yunani, tetapi juga mengembangkannya sesuai dengan kebutuhan politik dan sosial mereka. Retorika menjadi keterampilan penting bagi para orator, pengacara, dan politisi.

________________________________________

Tokoh-tokoh Penting

*Cicero (106--43 SM): Tokoh terpenting dalam retorika Romawi. Ia adalah seorang orator, pengacara, dan negarawan ulung. Cicero percaya bahwa orator harus memiliki pengetahuan luas, termasuk filsafat, sejarah, dan hukum. Karyanya, De Oratore, menjadi buku pegangan utama bagi para orator.

*Quintilian (sekitar 35--100 M): Seorang guru retorika terkemuka. Karyanya, Institutio Oratoria, adalah panduan komprehensif untuk mendidik seorang orator yang ideal. Quintilian menekankan pentingnya moralitas dan etika dalam retorika.

________________________________________

Tujuan dan Perkembangan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun