Mohon tunggu...
Asfira Zakia
Asfira Zakia Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswi

E= mc2

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menyingkap Tabir dari Pertanyaan "Buat Apa Menulis?"

4 Juli 2019   10:14 Diperbarui: 4 Juli 2019   10:14 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Artinya, bahwa cinta itu ada karena terbiasa. Artinya apa? Kunci menjadi penulis yang baik adalah latihan, latihan, dan latihan. Dengan latihan, akan muncul rasa suka dalam menulis.

Selain itu, juga sebagai bentuk latihan menguji konsisten dan komitmen sekaligus menguji hak kita untuk memilih untuk tetap produktif atau tidak karena itu otoritas kita.

Tentu, saya pikir-pikir jawaban saya itu menyadarkan bahwa saya mempunyai hobi baru selain utak-atik PC gak jelas tengah malam. Bahwa dengan menulis, saya mampu menuangkan segala aspirasi yang tidak dapat saya ungkapkan secara verbal sekaligus wadah kecimuk hati saya ketika hati sudah tidak sanggup menampung segala beban kehidupan. Entah sejak kapan juga saya jadi puitis begini. Hahaha...

Namun, ketakutan saya dimulai ketika saya harus berhadapan dengan kalimat "Waah, artikelnya jadi pilihan", itu membuat saya bimbang akan menulis artikel kedepannya. 

Perasaan takut yang selalu menyelimuti apakah bisa mempertahankan kualitas artikel salanjutnya atau tidak. Karena kualitas artikel itu terletak pada kekuatan sudut pandang kita.

 Mau tidak mau, setiap hari kita harus menemukan sudut pandang kita khususnya pandangan kita terhadap berita terbaru.

Menulis, khususnya di kompasiana menurut saya bukan melulu tentang menjadi artikel utama atau pilihan karena itu semua hanya adenda atau tambahan. 

Bukan pula hanya sekedar ingin dikenal karena pada dasarnya penulis itu bukan selebritis. Dengan menulis sendiri, pikiran dan persepsi kita benar-benar diuji dan diasah.

Memaknai Analogi dan Substansi Menulis

Namun, seperti halnya kehidupan, dalam proses menulis tidak selamanya mulus. Ada yang mengatakan bahwa menulis itu seperti menanam pohon. Kita tidak langsung mendapatkan hasilnya, tapi perlu menunggu hingga benih itu tumbuh menjadi pohon berdun lebat bahkan menunggu hingga buahnya ranum.

Ketika saya sudah banyak menuliskan artikel ber-genre edukasi, saya mencoba banting stir untuk mengambil genre yang berbeda.. Pada saat saya membuka laptop hendak menulis genre lain, saya bingung "Ini apa yang mau saya tulis?", haha konyol memang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun