Mohon tunggu...
Asfira Zakia
Asfira Zakia Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswi

E= mc2

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menyingkap Tabir dari Pertanyaan "Buat Apa Menulis?"

4 Juli 2019   10:14 Diperbarui: 4 Juli 2019   10:14 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Orang-orang hebat selalu menulis. Lihat saja, selalu ada karya di balik kisah orang- orang sukses, misalnya Ibu menteri keuangan kita, Ibu Sri Mulyani atau dosen-dosen disini pasti punya karya," kata dosen saya.

"Membacalah jika engkau ingin mengenal dunia, menulislah jika engkau ingin dikenal dunia," nasehat dari senior saya yang rajin mengingatkan adik tingkatnya untuk selalu menulis dan aktif menulis di kompasiana, ya dia bernama Faizal Chandra (Ups).

Karena penasaran, saya mencoba untuk melangkah pada lembaran baru perjalanan hidup saya. Ya, perjalanan menulis saya dimulai ketika saat itu diadakan suatu ajang unjuk kreatifitas penulisan esai. Saya yang saat itu coba-coba dan iseng belaka apalagi itu kali pertama saya menulis, tanpa pembekalan dan hanya saya kerjakan ala kadarnya mengingat waktu saya padat akan kegiatan pondok serta tugas kuliah yang menumpuk di meja saya. Saya terkejut dan benar-benar tidak percaya ketika teman saya memberi tahu saya bahwa tulisan saya itu dimuat di dalam sebuah buku. Mengingat saya hanya mengerjakannya dalam dua jam, itu seperti lelucon belaka. Namun, ada perasaan tersendiri saat itu yang membuat saya terus terpacu untuk menulis.

Berat memang, kalau kita mau menulis. Memikirkan ide apa yang akan ditulis, alurnya nanti, gaya bahasanya, dan musuh yang paling utama adalah malas. Sungguh tidak menduga juga ketika dosen saya menugaskan membuat artikel setiap minggu di kompasiana. Membosankan dan menakutkan selalu diburu deadline. Kita juga harus pandai-pandai mengolah dan cukup memutar otak agar isinya tidak masif layaknya materi kuliah. 

Antara Esensi dan Eksistensi

Suatu ketika, ada yang menanyai saya, "Menurut Sampeyan, jika artikel Sampeyan menjadi artikel utama, apakah Sampeyan berhenti menulis atau bagaimana? Menurut Sampeyan, ungkapan Pak Mukhlis (dosen saya) kalau sudah menjadi artikel utama enggak usah bikin artikel lagi itu sebuah tes atau kebenaran?".

Menurut saya, jika dalam hidup pasti dihadangkan dengan penuh persaingan, maka menulis itu bukan perihal kalah atau menang. Dalam dunia kepenulisan tidak ada yang namanya persaingan.

Kalau saya ditanya ingin artikel saya menjadi artikel utama ya pasti semua orang menginginkannya. Namun, pada hakikatnya menulis itu tentang bagaimana kita belajar menjadikan tulisan kita semakin meningkat dan meningkat. Karena, semakin lama kita menulis, semakin meningkat juga kualitas tulisan kita.

 Dalam proses menulis, kita juga akan mendapat wawasan baru dan mengasah pemikiran serta pandangan baru. Sehingga, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak menulis.

Ungkapan pak Mukhlis terkait tugas tersebut juga adalah bentuk tes. Beliau ingin tahu apakah didikannya itu menulis hanya demi tugas atau memang benar-benar ingin belajar hakikatnya menulis. 

Pesan yang selalu saya ingat dari beliau adalah jika matkul ini sudah selesai, jangan berhenti menulis. Beliau ingin kita terbiasa menulis sebagaimana kata pepatah 'tresno iku jalarane saka kulino'. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun