Mohon tunggu...
Asep Yana Yusyama
Asep Yana Yusyama Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Lahir dan tinggal di Serang Banten. Saat ini aktif mengajar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bahasa Makian Ala Mahasiswa

18 Januari 2022   14:16 Diperbarui: 18 Januari 2022   14:24 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bahasa erat kaitannya dengan latar belakang penuturnya. Misalnya tingkat pendidikan, semakin tinggi tinggi pendidikan, maka akan baik pula bahasanya, idealnya memang demikian. Secara hakikat, bahasa Indonesia berasal dari bahasa melayu. Namun kosa katanya merupakan serapan dari bahasa asing dan daerah, seperti bahasa Inggris, Belanda, Portugis, Sunda, Bali, madura, Arab dan bahasa lainnya yang secara bertahap serta membutuhkan waktu relatif panjang hingga akhirnya menjadi bahasa yang mampu berdiri sendiri. Nasib bahasa Indonesia erat kaitannya dengan peristiwa Sumpah Pemuda, karena pada waktu itu menjadi momentum yang amat berharga bagi penentuan nasib bahasa Indonesia menjadi bahasa persatuan. Dalam ikrar ketiga berbunyi "Kami Putra dan puteri Indonesia Menjunjung Bahasa Persatuan Bahasa Indonesia." 

Lantas bagaimana penggunaan bahasa Indonesia di kalangan mahasiswa dewasa ini? Pertanyaan tersebut menggelitik penulis sehingga menulis artikel ini. Ada kalanya mahasiswa memiliki posisi istimewa tatkala dianggap sebagai penentu masa depan bangsa. Kemampuan yang dimiliki mahasiswa tidak diragukan lagi, terutama dalam skill berdasarkan bidang ilmunya masing-masing. Fenomena mahasiswa, terutama di kota besar dan berada dalam strata sosial atas yang seolah-olah lebih bangga dan gandrung dalam menggunakan bahasa asing ketimbang bahasa Indonesia baik dalam keluarga maupun pergaulannya tentu menjadi tantangan besar bagi bahasa Indonesia dan bagaimana caranya tetap menjaga eksistensi di tengah arus dunia digital. Selain itu peran pemerintah sangat dibutuhkan guna keberlangsungan serta perkembangan bahasa Indonesia agar tetap dicintai dan mampu bersaing dengan bahasa lainnya di tataran nasional maupun internasional. Hal tersebut bukanlah persoalan mudah, karena dalam penggunaan bahasa tampaknya sama persis dengan hukum universal lainnya, yakni kecenderungan seseorang akan mengikuti apa yang sedang viral di sekitanya. Apalagi dalam era global seperti sekarang ini, terjadinya akulturasi budaya yang berdampak langsung pada penggunaan bahasa.

Sejatinya ada pula  mahasiswa yang menggunakan bahasa prokem atau bahasa gaul sebagi komunikasi sehari-hari, tak terkecuali di lingkungan kampus. Tidak heran jika seringkali mahasiswa 'keceplosan' bicara dengan bahasa gaul, atau bahkan bahasa kasar yang  mengandung bahasa makian dalam suasana perkuliahan. Menggunaan bahasa kasar antar temannya, yang terkadang sengaja atau tidak terdengar oleh dosen dan tentu saja membuat 'dongkol' rasanya ingin marah namun harus ditahan demi menjaga wibawa. Karena tidak ada yang peduli juga dengan kacaunya bahasa pada kalangan mahasiswa, seolah ini menjadi pembiaran yang seolah sudah dianggap biasa. "Hei njing, gua liat dong tugas lo!" Kosa kata 'njing'sebagai representasi dari nama binatang tertentu berkategori hewan 'negatif' namun ditujukan kepada manusia. Manusia dan hewan tentu saja berbeda secara derajat, manusia dikategorikan jauh lebih mulia dibanding hewan, jadi apakah rela jika kita dipanggil dengan sebutan atau paggilan nama hewan, seperti 'nyet', babi' atau makian lainnya seperti 'bangsat atau 'goblok' atau apapun itu yang secara langsung merendahkan manusia yang secara hakiki diciptkan sebagai makhluk mulia oleh sang pencipta. 

Tidak semua mahasiswa memiliki perangai tidak baik dalam menggunakan bahasanya. Masih banyak mahasiswa yang menjunjung kesantunan bahasa. Biasanya karekter seperti itu adalah warisan didikan dari keluarga. Mahasiswa yang masih menjaga kesantunan bahasa cederung berasaldari keluarga terdidik, sederhana dan minim bergaya hidup hedon. Selain itu, faktor utama mengapa derasnya penggunaan bahasa yang mengandung makian di kalangan mahasiswa dikarenakan minimnya literasi. Mengapa demikian? Tentu saja hal tersebut berkaitan. Mahasiswa yang gemar membaca ia akan lebih hati-hati dalam mengolah bahasanya, karena ia paham bahwa akan konflik yang timbul dari salah berbahasa. Meminjam istilah sastrawan Taufik Ismail; ia mengatakan bahwa seseorang yang membaca (sastra) maka akan lebih bijak. Kesadaran mengolah kata yang sesuai peruntukannya mampu meminimalisir konflik di muka bumi ini, pasalnya  tidak jarang permasalahan timbul diawali dengan salah berbasa. Konflik yang timbul berakar dari ketersinggungan kata-kata yang diucapkan oleh orang yang entah ia sudah terbiasa menggunakan bahasa kasarnya yang ditujukan pada orang yang sensitif atau bahkan tidak pernah dimaki oleh orang lain.

Terlebih di era digital, bahasa masyarakat Indonesia di sosial media sangat mudah sekali dikategorikan warganet mana yang beretika atau tidak dapat dilihat dari komentar-komentarnya atau ia menulis apa di statusnya. Jika warganet Indonesia saat ini dikategorikan sebagai warganet yang paling tidak bermoral di tingkat Asia Tenggara. Mungkin survei tersebut bisa menjadi teguran bagi pengguna sosial media bahwa ia harus berhati-hati  dalam berkomentar, karena alih-alih ingin berkontribusi dalam permasalahan ang muncul di dunia maya, malah bisa menjerumuskan dirinya pada perbuatan yang melanggar UU ITE misalnya. Maka benar bahwa tingkat literasi seseorang bisa diketahui dari cara berbahasa lisan dan tulisan. Mahasiswa yang seharusnya menjadi pihak yang senantiasa menaga martabat bahasa Indonesia agar tetap santun baik dalam percakapan sehari-hari maupun dalam segala kondisi, sehingga pilar-pilar kebaikan selalu terpancar dari image mahasiswa itu sendiri sebagai kaum intelektual. [AYY]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun