Mohon tunggu...
Asep Sukarna
Asep Sukarna Mohon Tunggu... Freelancer

Penjaga aroma yang tidak pernah selesai. Menulis bukan untuk menjelaskan, apalagi mengejar rating. Aku menulis hanya untuk menyeduh waktu.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tumbuh Miring: Estetika dari Ketidakseimbangan

9 Agustus 2025   06:05 Diperbarui: 9 Agustus 2025   06:05 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak ada kemiringan yang terjadi seketika. Ia lahir perlahan, dari tekanan yang terus-menerus, dari arah angin yang tak selalu sama, dari cahaya yang datang sepihak. Seperti batang pohon yang mencari ruang di antara bayang-bayang, atau akar yang menghindari batu di dalam tanah---ketidakseimbangan adalah hasil dari adaptasi, bukan dari kesalahan.

Dalam hidup, kita pun sering tumbuh miring. Keputusan yang kita ambil tidak selalu lurus. Jalan yang kita tempuh tidak selalu rata. Ada masa ketika kita condong ke arah yang tak kita rencanakan, karena tuntutan, karena kehilangan, atau karena harapan yang berubah bentuk.

Tapi justru di sanalah proses itu menjadi nyata. Ketidakseimbangan memaksa kita untuk menyesuaikan, untuk merakit ulang, untuk menemukan bentuk baru yang tidak diajarkan oleh simetri. Ia bukan gangguan, tapi dinamika. Ia bukan cacat, tapi jejak waktu.

Pohon Mahoni itu tidak tumbuh miring karena lemah. Ia tumbuh miring karena kuat. Karena ia memilih bertahan, bukan roboh. Dan barangkali, dalam hidup pun begitu: kita tidak selalu tumbuh ke atas, tapi kita tetap tumbuh.

Estetika Miring dan Penutup

Dalam dunia yang mengagungkan kesempurnaan, kemiringan sering dianggap sebagai gangguan. Tapi dalam seni, dalam alam, dan dalam hidup, justru bentuk-bentuk yang tidak simetris itulah yang paling jujur. Kain tenun yang tidak rata, lukisan yang tidak sejajar, narasi yang tidak kronologis---semuanya menyimpan karakter yang tidak bisa ditiru oleh pola yang sempurna.

Kemiringan adalah estetika dari ketidaksesuaian. Ia menunjukkan bahwa keindahan bisa lahir dari tekanan, dari adaptasi, dari keberanian untuk tidak menyerupai. Ia bukan bentuk yang gagal, tapi bentuk yang bertahan.

Pohon Mahoni di depan rumahku adalah bukti itu. Ia tidak tumbuh seperti yang kubayangkan, tapi ia tetap tumbuh. Ia tidak lurus, tapi ia tetap menjulang. Dan setiap kali aku memandangnya, aku diingatkan bahwa hidup tidak harus simetris untuk menjadi bermakna.

Barangkali, kita semua adalah pohon-pohon yang tumbuh miring.

Bukan karena lemah, tapi karena kita memilih arah yang tak dijanjikan kenyamanan---dan tetap bertahan di sana.

Kemiringan bukan kelemahan. Ia adalah jejak waktu, arah yang dipilih, dan bentuk yang lahir dari tekanan. Dalam dunia yang tergesa menilai, tumbuh miring adalah bentuk keberanian yang sunyi. Dan barangkali, dalam kemiringan itulah kita menemukan versi paling jujur dari diri kita sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun