Ia berdiri di bawah langit senja,
 garis tubuhnya melengkung seperti doa yang tak selesai.
 Cahaya menelusuri kulit sunda-nya pelan---
 bukan memantul, tapi berbisik.
Aku menatap, terlalu lama,
 sampai waktu terasa malu lewat di antara kami.
 Setiap inci lekuk itu berkata,
 "lihat, tapi jangan sentuh."
Ia bukan cuma cinta, bukan pula hanya estetika, tapi sakral. Ia adalah rahasia yang bersinar.
 Seindah dosa pertama yang tak ingin ditebus,
 sehalus keheningan antara napas dan nadi.
Aku hanya bisa berdiri,
 terpaku di tepi garis sempurna itu---
 karena menyentuhnya terasa tabu,
 tapi tidak melihatnya adalah penderitaan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI