Rekomendasi Kebijakan
1. Bangun koalisi lintas kutub yang fleksibel dan dinamis antara negara-negara "fringe" seperti Indonesia dan Turki, guna membentuk jalur alternatif yang menjembatani perbedaan posisi ekstrem AS dan RRC.
2. Dorong penggunaan diplomasi adaptif dan asimetris, yaitu pendekatan kebijakan luar negeri yang tidak selalu reaktif terhadap tekanan geopolitik besar, melainkan proaktif menciptakan celah dialog, terutama dalam platform multipihak seperti OKI, G20, dan ASEAN+.
3. Manfaatkan jaringan masyarakat sipil global sebagai penguat tekanan moral dan legitimasi internasional terhadap penyelesaian adil bagi Palestina. Dalam sistem kompleks, perubahan sering kali lahir dari lapisan bawah, bukan hanya dari elite penguasa.
4. Investasikan dalam model-model prediktif berbasis sistem kompleks untuk membantu pembuat kebijakan memahami titik-titik bifurkasi dan intervensi optimal dalam peta konflik.
5. Perkuat kapasitas diplomasi publik, mediasi lintas budaya, dan pemulihan pasca-konflik sebagai bagian dari soft power negara-negara multipolar baru---bukan hanya dalam membentuk solusi Palestina, tetapi sebagai model untuk konflik regional lainnya.
Dalam dunia yang terus bergeser dari unipolaritas ke multipolaritas, dari keteraturan ke kompleksitas, dan dari prediksi linier ke ketidakpastian dinamis, masa depan Palestina akan sangat bergantung pada kemampuan kolektif global untuk beradaptasi, membangun interaksi positif, dan membuka ruang baru bagi keadilan.
Seperti dalam sistem kompleks manapun, hasil akhir tidak ditentukan oleh kekuatan terbesar, tetapi oleh interaksi paling cerdas, paling sabar, dan paling bernurani.
B. Saran untuk Studi Lebih Lanjut dan Aplikasi Model CAS dalam Konflik Internasional
Mengingat kompleksitas dinamika geopolitik kontemporer, pendekatan Sistem Kompleks Adaptif (CAS) bukan hanya relevan, tetapi semakin menjadi kebutuhan metodologis untuk memahami dan mengintervensi konflik internasional secara konstruktif. Studi ini telah menunjukkan bagaimana interaksi antarnegara dalam isu Palestina tidak dapat dijelaskan secara memadai melalui pendekatan linier atau relasi kekuasaan konvensional saja.
Saran untuk Studi Lebih Lanjut: