Masuk Kerja Tanpa Siswa: Efisien atau Sekadar Formalitas? Telaah Filsafat Utilitarian, MBO, dan KPI
Teaser:
Ketika siswa libur Ramadhan, guru dan karyawan tetap diwajibkan hadir di sekolah. Tapi untuk apa? Apakah ini bentuk disiplin kerja, strategi kesiapan sekolah, atau sekadar rutinitas tanpa makna? Jika filsafat utilitarian menekankan manfaat terbesar, MBO mengharuskan tujuan yang jelas, dan KPI menuntut hasil terukur, apakah kehadiran tanpa tugas konkret itu benar-benar relevan? Artikel ini akan membedah kebijakan ini dari perspektif ilmiah, apakah ini efisien atau hanya buang-buang sumber daya?
Pendahuluan: Masalah Lama yang Tak Pernah Dibahas Serius
Fenomena Kehadiran Guru dan Karyawan Sekolah Saat Siswa Libur
Setiap tahun, ketika kalender akademik menandai masa libur siswa, terutama saat awal dan akhir Ramadhan, guru dan karyawan sekolah di banyak institusi pendidikan tetap diwajibkan hadir. Ini bukan fenomena baru, melainkan sebuah kebiasaan yang telah berlangsung lama. Tidak ada siswa yang harus diajar, tidak ada jadwal kelas yang harus diikuti, tetapi para guru tetap harus datang, mengisi daftar hadir, dan menunggu waktu pulang.
Di sisi lain, karyawan sekolah seperti staf administrasi, petugas kebersihan, dan tenaga kependidikan lainnya juga diwajibkan bekerja penuh, meskipun sebagian besar tugas harian mereka bergantung pada keberadaan siswa. Dengan sekolah yang lebih sepi dan kegiatan yang berkurang, muncul pertanyaan mendasar: Mengapa kebijakan ini masih diterapkan?
Alasan Administratif dan Normatif vs. Efisiensi dan Produktivitas
Kebijakan ini sering kali dipertahankan dengan berbagai alasan, baik administratif maupun normatif: