Mohon tunggu...
Asep S Solikhin
Asep S Solikhin Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Guru Hoby menulis "khoirunnasi anfa'uhum linnas"

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

2 Ukuran Keberhasilan Ramadhan

25 April 2023   13:03 Diperbarui: 25 April 2023   21:08 925
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Allah swt berfirman dalam QS. al-Baqarah ayat 185: "...Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur". 

Firman Allah swt ini berkaitan dengan ibadah Ramadhan. Ketika kita menyempurnakan ibadah Ramadhan, maka Allah swt memerintahkan agar kita mengagungkan nama-Nya dengan meperbanyak takbir sebagai ekspresi keberhasilan ibadah Ramadhan.

Takbir yang dimaksudkan dalam ayat ini bukan sekedar takbir. Takbir yang dikumandangkan adalah satu wujud syukur atas segala bentuk hidayah yang diberikan Allah swt kepada kita selama kita menunaikan ibadah di bulan Ramadhan. Apa hidayah yang dimaksud?

Hidayah itu beragam jenisnya. Jika diberikan kepada orang yang beriman, maka bentuk hidayahnya adalah kemampuan lebih bersemangat lagi dalam menunaikan ibadah. Dan ketika bertambah ibadah itu, maka orang yang beriman tersebut akan meningkat derajatnya dari sekedar beriman menjadi orang yang bertakwa.

Jadi, esensi ibadah Ramadhan adalah mengubah pribadi orang beriman menjadi pribadi yang bertakwa. Perubahan ini tidak mudah didapati kecuali mendapat hidayah dari Allah swt. Dengan kata lain, ketika Allah swt menginginkan seorang yang beriman meningkat derajatnya menjadi orang yang bertakwa, maka orang tersebut akan diberikan hidayah. Dan diantara cara Allah swt memberikan hidayah tersebut adalah dengan memberikan kekuatan kepadanya untuk bisa meningkatkan ibadah dan amal salehnya.


Oleh karenanya, di Ramadhan kita dilatih untuk meningkatkan ibadah salat kita. Tidak hanya menjaga yang fardhu, namun ditambah juga dengan yang sunah. Betapa kita benar-benar menjaga salat-salat rawatib kita. Betapa kita tingkatkan salat malam kita dengan melaksanakan salat tarawaih. Jika tidak mendapatkan hidayah, mustahil semua itu bisa dilakukan.

Maka hidayah itulah yang sebenarnya kita syukuri di hari yang fitrah ini. Karena selama Ramadhan kita diberi hidayah berupa kekuatan oleh Allah swt untuk bisa menunaikan dan meningkatkan ibadah dan amal saleh kita. Yang tadinya tidak mampu bangun malam menjadi mampu bangun malam, minimal berlatih menunaikan salat tarawih.

Yang awalnya tidak bisa berbagi, selama Ramadhan kita berlatih untuk berbagi meskipun hanya sekedar segelas teh manis mungkin, yang itu tidak terjadi setiap hari di luar Ramadhan.

Betapa banyak sebelum Ramadhan yang bahkan belum tersentuh mushaf al-Qur'an, atau mungkin belum bisa membaca al-Qur'an, namun ketika tiba Ramadhan bahkan bisa mengkhatamkan al-Qur'an. Kalau bukan karena hidayah dan taufiq Allah swt, mustahil semua itu bisa dilakukan.

Akumulasi semua bentuk amal saleh tersebut akan mengubah sorang hamba dari sekedar beriman menjadi pribadi yang bertakwa. Iman dan amal saleh adalah bentuk ketakwaan.

Maka ketika kita berhasil mencapai latihan takwa selama Ramadhan itu, itulah yang kita ekspresikan dengan bertakbir di awal Syawal, di hari yang fitrah. Orang-orang yang benar ibadah Ramadhannya maka takbirnya akan terasa dalam jiwa. Bukan sekedar keluar dari lisannya. Kadang dengan takbirnya ia bisa meneteskan air mata, karena menyadari ternyata dengan Ramadhan ia bisa menjadi pribadi yang lebih baik. Menjadi pribadi yang lebih suci. Menjadi lebih dekat dengan Allah swt.

Karena itulah, orang yang sudah selesai menunaikan Ramadhan, maka amal salehnya tidak akan berhenti saat di Ramadhan saja. Akan tetapi amal saleh itu akan menjadi kebiasaannya pasca Ramadhan. Walaupun mungkin secara kuantitas tidak sama dengan yang dilakukan selama Ramadhan, tapi ada peningkatan dibanding sebelum Ramadhan. Yang mungkin sebelumnya tidak mampu bangun salat malam, maka pasca Ramadhan ia mampu bangun malam untuk menunaikan tahajud meski 2 rakaat saja.

Sebelum Ramadhan mungkin membaca al-Qur'an hanya mampu 1-2 ayat, saat Ramadhan bisa mengkhatamkan, maka setelah Ramadhan minimal bisa menjaganya, misal 1 hari 1 halaman atau 2 halaman dan seterusnya. Maka inilah yang menunjukkan terjadinya perubahan pada diri seorang hamba, dari sekedar beriman menjadi pribadi yang bertakwa.

Inilah hidayah pertama. Kalau hidayah ini mampu kita jaga dengan baik sampai ajal menjemput, maka ada jaminan dari Allah swt yang temaktub dalam QS. Yunus ayat 9: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, niscaya diberi petunjuk oleh Tuhan karena keimanannya. Mereka di dalam surga yang penuh kenikmatan, mengalir di bawahnya sungai-sungai."

Hidayah yang kedua adalah terjadinya perilaku secara sosial menjadi lebih baik.

Ramadhan melatih diri orang yang beriman menjadi peribadi yang lebih baik. Saat Ramadhan kita dilatih untuk mengendalikan nafsu. Dilatih untuk memandang hanya yang baik dan berpaling dari yang tidak baik. Mendengar yang baik, yang tidak baik kita tinggalkan. Berkata yang baik, yang tidak baik kita diam.

Allah mengisyaratkan dalam al-Qur'an, berhasilnya seseorang meraih hidayah yang pertama ditunjukkan dengan hidayah yang kedua. Sebagaimana disebut dalam QS. al-Ankabut ayat 45: "Bacalah Kitab (Al-Qur'an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (salat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan."

Jadi jika bacaan al-Qur'an dan salatnya benar, maka itu akan berdampak pada perbaikan perilakunya secara sosial.

Selama Ramadhan kita dilatih meningkatkan bacaan al-Qur'an. Ukuran keberhasilannya bukan pada seberapa banyak kita mampu mengkhatamkannya, tetapi ukuran keberhasilannya terletak pada perubahan perilaku secara sosial yang lebih baik. Bacaan al-Qur'an itu menghujam ke dalam jiwanya, mengalir dalam setiap tetesan darahnya dan kemudian termanifestasi dalam setiap tingkah lakunya. Perilaku orang yang berhasil meraih hidayah al-Qur'an adalah akhlaknya yang tidak jauh dari yang diinginkan oleh al-Qur'an.

Orang yang salatnya benar tidak akan senang pada yang keji seperti pronografi dan laku LGBT. Begitu juga orang yang salatnya benar tidak akan senang pada perilaku mungkar seperti menipu, mencuri, ghibah, menyebar hoax, berselisih, bertengkar.

Karena itulah, saat kita dilatih banyak menunaikan salat selama Ramadhan, maka diwaktu yang bersamaan harusnya salat itu mampu mengubah perilaku kita menjadi lebih baik lagi. Akhlak kepada orang tua lebih baik, kepada saudara lebih baik lagi, kepada teman lebih baik, pada lingkungan lebih baik, pada  anak lebih baik, dan seterusnya.

Setelah tuntas menunaikan ibadah di bulan Ramadhan, maka ukuran keberhasilan Ramadhan diukur dengan dua hal tersebut yakni terjadinya peningkatan kesalehan pribadi dan kesalehan sosial. Untuk itulah kita merayakan idul fitri ini dengan bertakbir sebagai rasa syukur.

Oleh karenanya mari kita siapkan diri kita pasca Ramadhan ini untuk menjadi pribadi yang seoalah terlahir kembali dalam kesucian. Pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Baik dengan Allah swt maupun baik dengan orang disekitar kita. Saleh secara pribadi dan saleh secara sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun