Mohon tunggu...
asep m. muhaemin
asep m. muhaemin Mohon Tunggu... Wiraswasta - AsepMM

positive thinking

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Demo di Mata Supir Taksi

28 Februari 2013   15:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:32 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sekitar Jam 13.30 siang tadi aku pulang dari salah satu kantor BUMN di wilayah Kuningan, Rasuna Said dengan naik taksi. Di perjalanan sebenarnya aku agak sedikit ngantuk, mengingat semalam habis baca-baca di internet (aku suka baca, suka juga menulis, tapi karena menulis membutuhkan effort dan perlu cari ide yang lebih, makanya hobbyku lebih mengarah ke baca :), baca apapun yang disuka), biasanya baca-baca itu aku lakukan selepas nyelesain kerjaan kantor.

Kembali ke perjalanan di taksi, biasanya aku suka ngobrol banyak ma sopir taksi, tanya-tanya apa aja, tentang hidup, keluarga, dll deh. Siang tadi itu aku lagi gak emut ngobrol sebenarnya (alasan tadi di atas udah ya), dan lagi asyik-asyiknya diem, sambil ngelamun (lagi banyak fikiran), campur ngantuk itu tadi, tiba-tiba Pak Sopir nyeletuk, kurang lebih obrolannya seperti ini:

Pak Sopir: "Macet banget nih, gara-gara buruh pada demo"

Aku : "Demo di mana Pak?"

"Itu di depan Istana Presiden, tapi kayaknya mengarah ke DPR juga" ujarnya. Padahal Jalan Gatot Subroto yangdepan DPR itu jalan yang nanti akan kami lewati. Terus aku nyeletuk (ngantuk dah ilang deh tuh)

"Wah nanti kita bisa kena macet dong Pak kalo lewat DPR, mudah-mudahan saja belum nyampe DPR ya Pak, ada berapaan kira-kira Pak yang demonya?" tanyaku. Lantas Pak Sopir jawab sambil tangannya mindahin gigi dan injek kopling, di depan kendaraan sudah mulai merayap, kalau gak mau dikatakan diam:

"Sekitar 500 orangan Pak, saya rasa itu yang demo apa gak ada yang berfikir panjang ya?  masa demo sambil ngalangin jalan, mereka kumpul di HI terus jalan ke arah Istana Presiden, kenapa mereka gak diorganisir saja dari awal kalau mau demo nanti kumpul di depan Istana, kan gak bikin jalan macet semua. Kita-kita jadinya malah yang kena imbas, termasuk yang pada di kejar waktu di perjalanan juga, kita yang harusnya menghargai suara mereka kok jadinya malah dibuat kesal? sebenarnya mereka mungkin tujuannya baik, tapi kenapa maksud baiknya jadi malah merugikan orang lain?" katanya masygul.

Aku yang sudah gak ngantuk lagi, manggut-manggut dan mengiyakan saja omongan Pak Sopir (daripada berlawanan pendapat malah tar diturunin di jalan :) ), dan karena sebenarnya hati lumayan setuju juga dengan pendapatnya. Di beberapa peristiwa di belahan dunia, yang diketahui melalui cerita baik fiksi atau karangan, eh maaf, baik fiksi maupun nyata :), dunia itu memang banyak sekali sisinya. Sisi dalam arti disini sudut pandang penilaian manusia, sesuatu yang baik menurut si A, belum tentu baik menurut si B, belum lagi C dan lain-lainya. Masing-masing punya kepentingan, masing-masing punya ego dan tujuan.

Katanya, ini kata orang bijak lho, agar hati kita dibuat adem, dan tidak merasa kesal dengan berbagai macam perbedaan itu, cobalah kita membaca, dan memposisikan diri seandainya jadi orang yang sedang kita nilai. Kita berbeda pendapat dengan seseorang pasti ada latar belakang dan ada alasannya. Ada yang berbeda pendapat karena salah faham (karena tidak melihat keseluruhan rupa dan cerita). Misal sebagai ilustrasi, apa jadinya kalau 2 orang yang berasal dari Arab dan Inggris diminta pendapat tentang udara di bumi? tentu masing-masing mengatakan hal yang benar. Orang Arab akan mengatakan kalau udara bumi itu panas, orang Inggris tentu akan mengatakan kalau udara di bumi itu dingin. Orang Arab yang belum pernah ke Inggris akan menyalahkan orang Inggris atas pendapatnya, begitu juga sebaliknya, padahal yang dikatakan oleh 2 orang itu benar adanya. 2 hal yang benar saja bisa menjadi perang besar saat kita tidak melihat dari semua sisi. Apalagi sekarang dunia sudah banyak yang aneh, yang salah ngaku benar, yang benar dikondisikan salah (seperti pengadilan nun jauh di negeri antah berantah itu).

Lantas seharusnya bagaimana dong? Aku sih bagaimana baiknya saja deh, tapi mari kita gunakan hak kita untuk berpendapat sesuai dengan keyakinan masing-masing, dengan saling menghormati, dan meyakini, bahwa sesuatu mungkin akan bernilai tidak sama, itu bisa jadi karena masing-masing kita memakai sudut pandang yang berbeda dalam menilainya. Mari kita mencari sebanyak-banyak pengetahuan, agar kita bisa memahami kenapa itu bisa seperti ini, dan yang ini bisa seperti itu, sehingga yang kita lihat akan selamanya indah, seperti Tuhan dengan begitu indah menciptakan semua dalam Rencana dan KehendakNYA, dan mari kita tersenyum lagi dalam KemahasempurnaanNYA :)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun