Mohon tunggu...
asep m. muhaemin
asep m. muhaemin Mohon Tunggu... Wiraswasta - AsepMM

positive thinking

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Bahagia Saat Suatu Keinginan Tercapai/Tidak Tercapai

20 Februari 2013   16:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:59 2224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Setiap orang punya perasaan, fikiran dan pendapat berbeda tentang segala sesuatu. Akibat perbedaan itu banyak hal menarik yang bisa diperhatikan. Orang bisa tertawa, menangis, berteman, bermusuhan, saling sayang, saling membunuh dan banyak kejadian yang lain lagi akibat sebuah perbedaan. Pada dasarnya manusia dibekali hal yang sama pada saat dia lahir, dan akan merasakan hal yang sama saat inderanya sudah bisa merasa.

Saat semua tahu bahwa dipukul itu sakit, tapi kenapa banyak orang melakukan hal itu kepada orang lain?. Semua juga tahu pada saat kesulitan maka kita akan merasa senang sekali saat ada yang membantu, tapi kenapa pada saat orang lain sedang membutuhkan pertolongan, banyak orang yang hanya berdiam diri bahkan mencemooh?. Manusia memang berbeda-beda dalam menyikapi hidup, tapi semua sepakat kalau hidupnya ingin selalu bahagia.

Ukuran bahagia seperti apa yang ingin dicapai? Masing-masing orang memiliki pandangan yang berbeda. Bagi orang normal, pastinya akan merasa bahagia saat keinginannya terwujud, itu saja. Tapi apakah semua keinginan itu bisa terwujud? jawabnya: hampir bisa dipastikan tidak "setiap" keinginan itu bisa terlaksana. Lantas dengan tidak terlaksananya sebuah keinginan, apakah bisa mengakibatkan orang tidak bahagia? hemmm, mulai dari sini orang akan lebih bisa dinilai tentang konsep bagaimana dia bisa membahagiakan hidupnya.

Sewajarnya orang umum akan tidak merasa senang, bahkan kecewa berat pada saat suatu keinginan tidak tercapai. Tapi seharusnya manusia bisa bahagia dan beruntung juga saat suatu keinginan gagal diraih. Kok bisa? bisa saja kalau dia berpositif thinking terhadap apapun yang terjadi di dunia, seperti contoh berikut:

Seorang anak muda di desa berencana pergi ke Jakarta untuk mengadu nasib, dan sangat ingin sekali kerja di sana. Ternyata karena satu dan lain hal dia tidak bisa pergi ke Jakarta, bisa karena orang tua/pacarnya melarang, bisa karena gak ada yang mengajak, bisa karena gak punya ongkos, dan karena hal-hal lainnya. Sewajarnya dia sedih saat keinginannya tersebut tidak tercapai. Tapi apakah dia atau kita bisa memastikan juga kalau dia jadi pergi hidupnya akan bahagia? mana tau di Jakarta dia malah jadi peminta-minta karena gak dapat kerjaan? padahal di kampung untuk makan saja dia tidak sulit mendapatkan, mana tau juga kalau dia pergi kekasih hati yang sangat dicintai akan digoda dan tergoda pria lain? siapa yang tau kalau dia jadi ke Jakarta dia akan terjerumus jadi bandar narkoba dan hidupnya berakhir di penjara. Malah kebalikannya, siapa yang tahu dengan diamnya dia di desa malah nantinya dia akan menjadi seorang entrepreneur paling sukses dan gak disangka-sangka. Contoh lain, ada orang yang beruntung saat terlambat dan ketinggalan pesawat, saat beberapa detik kemudian dia tahu pesawat itu hilang nyasar ke Mars.

Nilai dari uraian di atas adalah: segala sesuatu di masa mendatang itu tidak ada yang pasti, manusia diberikan kesempatan untuk memilih dan diberikan kewenangan untuk memiliki harapan. Tapi janganlah kebahagiaan digadaikan pada satu keinginan, yang belum pasti akan menimbulkan kebahagiaan yang sesungguhnya. Jangan diartikan pula akhirnya tidak punya harapan atau cita-cita tinggi. Tetaplah fokus pada usaha dan berdo'a untuk menggapai suatu asa, jangan malas, jangan menyerah, dan berbahagialah saat semua harapan itu terlaksana.

Tapi jangan lupa, sekali lagi, untuk tidak menjadi putus asa, bermuram durja dan kehilangan akal saat harapan itu tidak menjadi nyata, karena dibalik ketidaktercapaian itu bisa jadi Tuhan mempersiapkan nilai kebahagiaan yang lebih dibanding saat harapan awal kita itu tercapai. Jangan kecewa saat tidak menjadi Presiden, siapa tahu nilai diri kita lebih dibutuhkan saat akhirnya malah menjadi seorang Ketua Yayasan yang berhasil menggratiskan biaya sekolah orang miskin di seluruh dunia. Jangan putus asa saat usaha kita bangkrut dan ditipu orang, bisa jadi Tuhan sedang mempersiapkan kekuatan bathin kita untuk jadi seorang pengusaha sekelas Bill Gates :), jadi.. Berbahagialah dengan apa pun yang kita dapat, setelah kita melakukan hal terbaik yang bisa kita lakukan dalam hidup, disertai doa dan mengharapkan ridha dariNYA :)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun