Mohon tunggu...
Asep Totoh Widjaya
Asep Totoh Widjaya Mohon Tunggu... Dosen - Keep Smile and Change Your Life

Guru SMK Bakti Nusantara 666-Kepala HRD YPDM Bakti Nusantara 666 Cileunyi Kab.Bandung, Wakil Ketua BMPS Kab. Bandung, Dosen di Universitas Ma'soem, Konsultan Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pernikahan Massal Pendidikan Vokasi?

7 Agustus 2020   04:40 Diperbarui: 7 Agustus 2020   04:46 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ketiga, Redesain kurikulum pendidikan vokasi di sekolah/akademi. Perbaikan sistem pendidikan vokasi harus memperkuat link and match dengan dunia usaha dan industri dengan melakukan kajian pada standar pendidikan nasional, misalnya standar kompetensi lulusan, standar proses kegiatan belajar dan mengajar, standar guru/dosen, standar isi (sumber belajar), proporsi pendidikan dan pelatihan, program dan proposional pemagangan, dan lainnya.

Keempat, Fasilitas Infrastruktur. Sekolah atau akademi vokasi harus menyediakan seluruh prasarana/peralatan untuk kerja pratikum dengan kondisi yang sangat mirip dengan dunia usaha dan industri industri yang akan dimasukinya. 

Dunia usaha dan industri pun harus berkontribusi kepada siswa/mahasiswa vokasi dengan pemberian beasiswa, ikatan, dinas, maupun sumbangan alat praktik dan alat-alat praktik yang bagus dapat menunjang pembelajaran.

Kelima, Sertifikasi Kompetensi. Sertifikasi menjadi penting, sehingga cara yang akan dilakukan adalah penyusunan kurikulum akan dilakukan bersama industri. 

Dalam hal ini termasuk sertifikasi di industri masuk ke dalam kurikulum kampus, ataupun sertifikasi kompetensi berlevel internasional mau tidak mau harus dilakukan. 

Dan Keenam. Teaching Industry. Tidak saja hanya berhenti pada aspek pembelajaran, namun perlunya melibatkan mahasiswa dalam membuat produk inovasi dosen maupun perguruan tinggi, kemudian dibuatkan patennya dan diproduksi secara massal agar lebih berdaya guna bagi masyarakat luas.

Alhasil, akankah dari semua evaluasi dan resolusi pendidikan yang berbasis vokasi dan kejuruan harus menjamin kuatnya link and match dengan dunia usaha dan industri sehingga antara penyedia angkatan kerja (supply side) dan pihak yang akan menyerap (demand side) dapat segera terpenuhi. 

Mampukah kompetensinya sesuai tuntutan lingkungan dan perkembangan perubahan jenis pekerjaan, berkewirausahaan, kreatif dan inovatif serta mengedepankan basis pengetahuan dan informasi serta teknologi tinggi.

Bertolak dari hal tersebut maka menjadi utama jika perancang atau penyelenggara pendidikan vokasi sebagai penghasil tenaga kerja terampil harus mulai mengidentifikasi: bagaimanakah sosok ideal lulusan pendidikan vokasi yang siap berkompetisi di era global mulai tahun 2020 dan pada tahun 2045 ketika bangsa Indonesia memasuki usia emas, serta kompetensi lulusan seperti apakah yang diperlukan oleh dunia kerja nasional, regional maupun international.

Sebuah keniscayannya adalah jika pendidikan utama di Indonesia harus berdaulat dan merdeka sesuai tujuan pendidikan nasional sebagai solusi perubahan dan peradaban manusia. Pendekatan pendidikan yang dibutuhkan saat ini pun harus bisa membentuk dan melahirkan Sumber Daya Manusia (SDM) Unggul (competitive advantage) dan memiliki nilai "Panca Jatidiri Insan". Kompetensi lulusan yang memiliki Kecerdasan Hati (Spiritual Quotient), Kecerdasan Intelektual (Intellegence Quotient), Kecerdasan Emosi (Emotional Quotient), Kecerdasan Ketahanmalangan (Adversity Quotient), dan Kecerdasan Kreativitas (Creativty Quoetient).

Senyatanya pendidikan selama ini dipahami hanyalah bagian dari sebuah proses "mengajar" dan "mendidik" di ruangan kelas antara murid dengan guru berikut kurikulum dan metode ajar yang sudah ditetapkan, melewati serangkaian ujian, lalu berakhir dengan diterimanya ijazah. Sementara dalam benak mereka yang menjalani pendidikan itu adalah bagaimana kiranya, setelah selesai mengenyam pendidikan kemudian bisa mendapatkan pekerjaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun