Mohon tunggu...
Asananda Satria Wahyu Pratama
Asananda Satria Wahyu Pratama Mohon Tunggu... MAHASISWA S1 UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA NIM 24107030055

Mahasiswa asal Magelang yang saat ini berkuliah di Kota Yogyakarta, memiliki minat dan bakat di bidang seni terutama seni musik dan seni paduan suara.

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Dari Pegawai ke Pemilik: Kisah Lutfi dan Es Oyen Bandung yang Menyegarkan Palagan

13 Juni 2025   14:06 Diperbarui: 13 Juni 2025   14:06 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto kedai es oyen bandung

Palagan, sebuah kawasan yang kini berkembang pesat di Sleman, Yogyakarta, tak hanya dipadati oleh deretan tempat makan, kafe kekinian, dan deru kendaraan. Di tengah riuh aktivitas itu, berdiri sebuah kedai kecil sederhana yang menawarkan kesegaran di siang yang panas: Es Oyen Bandung khas Lutfi. Terletak tepat di Jl. Palagan Tentara Pelajar Km 8.3, depan Little Goo dan samping apotek, kedai ini menjadi salah satu destinasi favorit para pencinta minuman dingin yang ingin melepas dahaga dengan cita rasa manis, lembut, dan segar.

Foto es oyen biasa
Foto es oyen biasa
Di balik kesegaran semangkuk es oyen yang berisi kelapa muda, bubur mutiara, potongan alpukat, dan kuah santan manis, ada kisah perjuangan seorang pria bernama Lutfi, pria berusia 37 tahun yang menjadi pemilik sekaligus peracik minuman tersebut. Lutfi bukanlah pendatang baru dalam dunia es oyen. Ia telah akrab dengan usaha ini sejak lebih dari satu dekade lalu. Namun, jalan yang ia tempuh tidaklah mudah. Ia memulainya bukan sebagai pengusaha, melainkan sebagai karyawan yang bekerja untuk orang lain.

Lutfi mengawali kariernya di tahun 2014 sebagai pegawai di salah satu kedai es oyen milik orang lain di Yogyakarta. Selama tujuh tahun lamanya, ia menjalani rutinitas kerja yang cukup melelahkan dan penuh tantangan. Bukan hanya soal jam kerja yang panjang, tetapi juga sistem kerja rolling atau bergilir yang memaksanya harus berpindah-pindah tempat. “Kalau kerja sama orang capek, Mas, karena ada sistem rolling-nya. Saya dulu di Jalan Kaliurang, Sleman, terus dipindah ke Bantul. Kan jauh sekali ya, Mas,” ungkap Lutfi mengenang masa-masa itu.

Rasa lelah dan keinginan untuk berkembang mendorongnya mengambil keputusan besar. Pada tahun 2021, Lutfi memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya dan memulai usaha sendiri. Sebuah keputusan yang tidak mudah, apalagi ketika menyangkut kestabilan ekonomi keluarga. Namun, dorongan untuk mandiri, serta bekal pengalaman bertahun-tahun dalam meracik es oyen, memberinya kepercayaan diri untuk mencoba. Ia mengawali usahanya secara mandiri pada tahun 2022 dengan membuka kedai pertamanya di daerah Condong Catur, Sleman. Lokasi tersebut cukup strategis, namun setelah beberapa waktu, Lutfi merasa perlu mencari tempat yang lebih potensial dan ramai. Maka, ia memindahkan usahanya ke Palagan, sebuah daerah yang dikenal sebagai salah satu jalur sibuk di Sleman.

Kedai barunya di Palagan mulai menarik perhatian banyak pelanggan. Meski hanya berupa bangunan sederhana, dengan spanduk yang tidak mencolok, kedai ini memiliki daya tarik tersendiri. Keunggulannya terletak pada rasa dan kesegaran es oyen yang dijual. Dalam satu hari, Lutfi bisa menjual puluhan hingga ratusan gelas es oyen, tergantung cuaca dan jumlah pelanggan. Namun, ia juga menyadari bahwa usaha kuliner tidak pernah benar-benar stabil. “Namanya jualan, pasti ada naik turunnya. Setelah buka usaha sendiri, jualannya cukup stabil, tapi tahun ini lumayan menurun,” kata Lutfi dengan nada realistis. Ia menduga faktor cuaca yang lebih sering hujan serta kondisi ekonomi masyarakat bisa jadi penyebab menurunnya omset.

Foto saya dan Lutfi (37) sebagai pedagang
Foto saya dan Lutfi (37) sebagai pedagang
Meski demikian, ia tetap berusaha menjaga kualitas dan pelayanan. Ia bangun lebih pagi untuk menyiapkan bahan-bahan segar: kelapa muda, alpukat pilihan, mutiara yang dimasak dengan tekstur kenyal sempurna, serta kuah santan manis yang menjadi kunci utama cita rasa es oyennya. Ia percaya, rasa yang konsisten dan pelayanan yang ramah akan membuat pelanggan kembali lagi. Menu yang ditawarkan pun beragam, mulai dari harga Rp 8.000 hingga Rp 17.000. Ada empat varian utama yang bisa dinikmati pelanggan: Es Oyen Biasa (Rp 8.000), Es Oyen Madu (Rp 10.000), Es Oyen Durian (Rp 14.000), dan Es Oyen Spesial yang menggabungkan madu dan durian (Rp 17.000). Variasi tersebut tak hanya memikat berbagai kalangan, tapi juga memperluas pasar dari anak-anak sekolah hingga pegawai kantor.

Setiap hari, Lutfi membuka usahanya sejak pukul 10 pagi hingga pukul 8 malam. Meskipun ia bekerja sendirian tanpa karyawan tetap, semangatnya tidak surut. Bahkan ia menyimpan cita-cita untuk bisa mengembangkan usahanya lebih jauh ke depan. “Saya pengen bisa ngajak orang kerja bareng nanti. Nambah karyawan, terus bikin cabang. Doakan saja ya, Mas,” ungkapnya penuh harapan. Baginya, usaha ini bukan sekadar mencari penghasilan, tetapi juga menjadi jalan untuk mandiri, berbagi rezeki, dan mewujudkan impian kecilnya.

Kini, di tengah menjamurnya minuman kekinian yang datang dan pergi dengan cepat, kedai es oyen milik Lutfi tetap bertahan. Ia tidak menjual sesuatu yang "tren sesaat", melainkan menawarkan rasa yang autentik dan menggugah nostalgia. Bagi sebagian besar pelanggannya, datang ke kedai ini bukan hanya soal membeli minuman dingin, tetapi juga merasakan kehangatan dalam setiap pelayanan, serta menikmati es oyen yang diracik dengan sepenuh hati.

Dari kedai kecil di pinggir jalan, Lutfi membuktikan bahwa keberanian untuk memulai, kerja keras, dan ketulusan dalam menjaga kualitas adalah kunci menuju kesuksesan. Cerita hidupnya bukan hanya tentang semangkuk es oyen, melainkan tentang semangat bertahan dan berkembang di tengah tantangan hidup. Palagan mungkin panas di siang hari, tapi bagi siapa pun yang mampir ke kedai Lutfi, ada kesegaran dan inspirasi yang bisa dibawa pulang.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun