Mohon tunggu...
Arza Rizky Nova Ramadhani
Arza Rizky Nova Ramadhani Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Sedang belajar di SMK Telkom Malang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menggunakan Medsos, Pertimbangkan!

23 Agustus 2020   14:49 Diperbarui: 23 Agustus 2020   14:50 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
MEDIA SOSIAL, KAWAN ATAU LAWAN BAGI DEMOKRASI? (SUMBER GAMBAR: DARA.CO.ID) 

Media Sosial terhadap Demokrasi di Indonesia

Demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana semua warga negaranya memiliki hak setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi mengizinkan warga negara berpartisipasi baik secara langsung atau melalui perwakilan dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum. Demokrasi mencakup kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang memungkinkan adanya praktik kebebasan politik secara bebas dan setara (Wikipedia). 

Dalam hal ini  bisa disimpulkan bahwa demokrasi bertujuan untuk mengembangkan negara dan memakmurkan rakyatnya dalam hal lain demokrasi bisa disebut sebagai tindakan untuk menyetrakan setiap warganya untuk mengambil keputusan berdasarkan Hak Asasi Manusia. Hal ini berarti kekuasaan tertinggi dalam sistem demokrasi ada di tangan rakyat dan rakyat mempunyai hak, kesempatan dan suara yang sama di dalam mengatur kebijakan pemerintahan. 

Melalui demokrasi, keputusan yang diambil berdasarkan suara terbanyak seperti yang dikatakan oleh Abraham Lincoln dalam pidato Gettysburgnya mendefinisikan demokrasi sebagai "pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat".  Dalam demokasi media termasuk pilar keempat karena dianggap lebih netral dan bebeas dari unsur kekuasaan negara. 

Dengan adanya media sosial ini masyarakat semakin apresiatif dan aktif terkait isu-isu aktual yang terjadi, tentu hal ini bisa meningkatkan partisipasi masyarakat terkait dengan isu-isu publik. 

Media sosial salah satunya yang semula hanya berfungsi sebagai alat eksistensi diri, kini merubah untuk mempengaruhi iklim politik suatu negara.  Media sosial di Indonesia yang terkait dengan politik berkembang atas tiga motif dasar menurut saya. 

Pertama ialah sebagai bagian dari perluasan pengaruh politik dari kandidat tertentu kepada para konstituennya ataupun kepada mereka yang belum punya pilihan.

Kedua, sebagai bagian dari strategi kampanye sekaligus strategi menyerang yang ditujukan pada pihak lawan. Ketiga, sebagai bagian dari kegiatan ekonomi yang bisa bertumpang tindih dengan motif lainnya. 

Atas dasar itulah, kita akan melihat media sosial bakal semakin masif dipergunakan politisi, para pendukung, dan elemen lainnya untuk memenangi pertarungan politik. 

Pembuatan konten tertentu untuk menjatuhkan lawan, mempromosikan kandidat sendiri, pastilah akan marak dalam tahun mendatang dan hal ini tak mengherankan. 

Kelihatannya problem soal hoaks tidak akan berhenti sampai di sini, malah ia menemukan momentum untuk terus berkembang dan dimanfaatkan kelompok mana pun. 

Dengan logika algoritma yang ada dalam media sosial, kita akan cenderung mengonsumsi apa yang 'sejalan dengan pikiran kita' dan kita cenderung 'menghindar atau tak mau mengonsumsi apa yang datang dari seberang'.

Suatu Contoh Media Sosial yang digunakan untuk menyerang salah satu pihak :

Berdasarkan Video tersebut saya dapat Menyimpulkan bahwa media sosial sangat mudah untuk membagikan berita hoaks di video tersebut bisa kita lihat bahwa foto yang bergambarkan perusakan bendera merah putih tersebar melalui grub pesan singkat para pengurus warga yang menyebabkan bentroknya warga asrama dan ormas beserta aparat yang adu mulut untuk membenarkan opini masing - masing yang belum tentu pelakunya perusakan bendera ialah warga asrama. 

Bisa kita lihat dari kejadian ini peran media sosial sangat berpengaruh terhadap demokrasi di video tersebut dengan sangat cepatnya media sosial mengkontrol pilihan yang menurut algoritma pemilik media sosial itu benar sehingga timbullah dua kubu yang saling membenarkan satu sama lain. Seperti yang saya katakan bahawa algortima media sosial lebih mengutamakan pemikiran masing masing kubu tanpa melihat kebenaran yang sebenarnya terjadi. Dengan ini hal ini Media Sosial dapat disimpulkan bahwa Media Sosial bisa menjadi Kawan dan bisa menjadi lawan ketika tidak sesuai dengan opini kita. Sebagai netizen yang bijak sudah seharusnya kita melihat dari 2 sisi agar tidak terjadi salah paham yang menyebabkan hal yang tidak diinginkan. 

Pesan saya untuk pembaca tetaplah melihat kenyataan jangan menjadi manusia yang membenarkan sesuatu yang salah untuk mendapatkan suatu masa atau bergabung ke masa tersebut untuk membenarkan opini yang salah. Jadilah manusia yang tidak mudah terbawa arus sekitar. Sendiri tidak apa apa untuk merasakan ketenangan dan tidak membohongi dirimu sendiri dari pada bersama hanya untuk meracuni dirimu sendiri. Untuk apa bersama jika tidak merasakan ketenangan ?  

Arza Rizky  - Menjadi manusia yang manusia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun