Dengan logika algoritma yang ada dalam media sosial, kita akan cenderung mengonsumsi apa yang 'sejalan dengan pikiran kita' dan kita cenderung 'menghindar atau tak mau mengonsumsi apa yang datang dari seberang'.
Suatu Contoh Media Sosial yang digunakan untuk menyerang salah satu pihak :
Berdasarkan Video tersebut saya dapat Menyimpulkan bahwa media sosial sangat mudah untuk membagikan berita hoaks di video tersebut bisa kita lihat bahwa foto yang bergambarkan perusakan bendera merah putih tersebar melalui grub pesan singkat para pengurus warga yang menyebabkan bentroknya warga asrama dan ormas beserta aparat yang adu mulut untuk membenarkan opini masing - masing yang belum tentu pelakunya perusakan bendera ialah warga asrama.Â
Bisa kita lihat dari kejadian ini peran media sosial sangat berpengaruh terhadap demokrasi di video tersebut dengan sangat cepatnya media sosial mengkontrol pilihan yang menurut algoritma pemilik media sosial itu benar sehingga timbullah dua kubu yang saling membenarkan satu sama lain. Seperti yang saya katakan bahawa algortima media sosial lebih mengutamakan pemikiran masing masing kubu tanpa melihat kebenaran yang sebenarnya terjadi. Dengan ini hal ini Media Sosial dapat disimpulkan bahwa Media Sosial bisa menjadi Kawan dan bisa menjadi lawan ketika tidak sesuai dengan opini kita. Sebagai netizen yang bijak sudah seharusnya kita melihat dari 2 sisi agar tidak terjadi salah paham yang menyebabkan hal yang tidak diinginkan.Â
Pesan saya untuk pembaca tetaplah melihat kenyataan jangan menjadi manusia yang membenarkan sesuatu yang salah untuk mendapatkan suatu masa atau bergabung ke masa tersebut untuk membenarkan opini yang salah. Jadilah manusia yang tidak mudah terbawa arus sekitar. Sendiri tidak apa apa untuk merasakan ketenangan dan tidak membohongi dirimu sendiri dari pada bersama hanya untuk meracuni dirimu sendiri. Untuk apa bersama jika tidak merasakan ketenangan ? Â
Arza Rizky  - Menjadi manusia yang manusia