Mohon tunggu...
Aryanto Wijaya
Aryanto Wijaya Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Bekerja sebagai Editor | Jatuh cinta pada Yogyakarta Ikuti perjalanan saya selengkapnya di Jalancerita.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Serunya Wisata Naik Lori!

26 Oktober 2014   19:16 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:40 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_331175" align="aligncenter" width="538" caption="Mas Radji sedang meluncur dengan lori kesayangannya. (Dok.Pribadi)"][/caption]

Ketika mentari perlahan turun dan menyisakan nuansa sore yang syahdu, rel kereta api tua di Bedono, Jawa Tengah memunculkan pesonanya. Rel nyaris usang yang dibangun oleh Belanda ini kini berstatus hampir mati. Kereta api uap yang dulu menjajakinya setiap hari kini hanya melintas setiap kali ada rombongan wisatawan.

Jalur kereta api Ambarawa-Bedono ini tak terlalu menarik perhatian pengendara yang melintas. Dari jalan raya Semarang-Yogyakarta, setibanya di daerah Jambu siap-siaplah mencari penunjuk arah menuju Salatiga lewat Banyubiru. Sekitar 100 meter dari jalan utama, rel tua tersaji dengan posisinya yang menanjak.

[caption id="attachment_331176" align="aligncenter" width="538" caption="Mas Radji bersiap meluncur dengan membawa kayu bakar. (Dok. Pribadi)"]

1414299581924300798
1414299581924300798
[/caption]

Rel disini berbeda dengan rel kereta api modern yang sering kita jumpai. Di tengah-tengah rel terdapat besi bergerigi yang berfungsi membantu lokomotif untuk menanjak. Maklum, lokomotif uap zaman dahulu tidaklah sekuat lokomotif sekarang yang sudah bertenaga diesel. Kontur rel yang menanjak membuat lokomotif berpindah posisi ke belakang gerbong, dari menarik jadi mendorong.

Besi bergeirigi di tengah rel tersebutlah yang digunakan oleh Radji (31), seorang warga Jambu yang tinggal sekitar 700 meter dari tempat ia mencari kayu. Lelaki yang pernah bekerja sebagai karyawan di Cicalengka, Jawa Barat ini mengaku lebih bahagia untuk tinggal di kampung halamannya sendiri, bertani dan bercengkrama dengan keluarganya. Waktu sore, sekitar jam tiga hingga lima selalu ia habiskan untuk mengumpulkan kayu-kayu bakar.

Radji pun membuat sebuah lori sederhana yang hanya terbuat dari papan yang dilengkapi roda besi. Tak ada mesin karena lori ini hanya bisa melaju di rel yang menurun. Rem lori ini diposisikan di bagian depan dan ditekan menggunakan kaki. Posisi badan ketika mengendarai lori ini mirip seperti mengendarai motor namun tanpa kemudi.

[caption id="attachment_331177" align="aligncenter" width="432" caption="Meluncur diatas Lori (Dok.Pribadi)"]

1414300155540989587
1414300155540989587
[/caption]

Mas Radji, begitu saya memanggilnya. Ia mengizinkan saya untuk mencoba meluncur dengan lori buatannya itu. Dibekali sedikit penjelasan mengenai teknik pengereman, maka saya beranikan untuk meluncur. Perlahan lori mulai bergerak cepat. Angin sore yang sejuk, hijaunya sekeliling ditambah suara jes...jes.. dari lori kayu menjadikan sore itu begitu asyik.

Setelah puas naik lori sampai ujung, lori harus didorong kembali ke tempat semula. Kisah perjalanan sore itu ditutup dengan cengkrama singkat dengan Radji yang mempersilahkan saya sejenak untuk mampir ke rumahnya.

Perjalanan yang asyik tidak melulu soal uang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun