Mohon tunggu...
Muhammad Arya Mahastra
Muhammad Arya Mahastra Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Universitas Islam Negri Sunan Ampel Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ekonomi dan Islam di Asia Tenggara

8 Juli 2021   01:32 Diperbarui: 8 Juli 2021   01:40 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sebagai kelompok negara-negara yang termasuk ke dalam kategori "Dunia Ketiga," salah satu problem utama umat Islam saat ini adalah masih tingginya angka kemiskinan dan rendahnya akses sebagian umat terhadap sumber daya ekonomi. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti rendahnya tingkat pendidikan dan kualifikasi keilmuan, terbatasnya penguasaan teknologi, dan terbatasnya modal. Karena itu, kerjasama pemberdayaan umat perlu mendapat perhatian serius dari semua pihak. Setidaknya untuk kasus Indonesia, masalah pemberdayaan ekonomi mesti memeroleh perhatian yang lebih serius terkait dengan masih tingginya lulusan madrasah (Tsanawiyah dan Aliyah, bahkan juga STAIN, IAIN, dan UIN, serta mahasiswa perguruan tinggi Islam lainnya dan pondok pesantren) yang belum memperoleh akses yang memadai dalam bidang ekonomi.

Hal ini penting, karena salah satu cara yang paling efektif untuk melakukan transformasi kelas sosial---yang lebih sering diidentikkan dengan kelas ekonomi---bagi kelompok masyarakat tertentu adalah melalui jalur pendidikan. Karena itu, akses terhadap pendidikan yang berkualitas menjadi kunci utama dalam proses pembangunan secara makro dan untuk pemberdayaan masing-masing individu dalam skala mikro. Selain itu, dalam rangka penguatan kualitas sumber daya manusia Muslim Asia Tenggara, perlu juga diperkokoh kerjasama dalam bidang pendidikan.

Sebagai modal sosial yang paling penting dan utama bagi penguatan kontribusi Islam terhadap wajah peradaban di Asia Tenggara, perhatian terhadap kerjasama pendidikan perlu diperkuat dan diperluas dalam berbagai bentuk, seperti penguatan manajemen kelembagaan, pengembangan desain pembelajaran, penyediaan bahan pustaka, pengembangan teknologi pendidikan, peningkatan kualitas tenaga dan guru/dosen, pengembangan model, pertukaran siswa dan mahasiswa, serta pelbagai kerjasama pendidikan lainnya.

Pendidikan Islam di kawasan Asia Tenggara memiliki beberapa substansi yang sangat beragam. Di Indonesia, pendidikan Islam mengalami kemajuan pesat. Indonesia menerapkan Pendidikan Agama Islam juga menjadi pelajaran wajib di sekolah-sekolah dan universitas negeri sejak tahun 1960'an. Dan sistem pondok yang berjumlah lima juta santri. Para sarjana dan cendikiawan muslim telah secara aktif mengadakan diskusidiskusi serius mengenai Situasi pendidikan islam di sekolah-sekolah, akademi dan universitas.

Pengarus utamaan pendidikan Islam menemukan momentum saat penerimaan diniyah dan pesantren ke dalam sistem pendidikan nasional melalui UU Sisdiknas no 20 tahun 2003 dan turunannya Peraturan Pemerintah no 55 tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan. Di Malaysia, kedudukan Pendidikan Islam banyak mengalami perbaikan sejak tahun 1956 dengan pendidikan agama Islam diajarkan di sekolah nasional dan juga dengan dibentuk bagian pendidikan agama yang mengurusi semua bidang pendidikan agama di sekolah-sekolah. Tujuanya meningkatkan pengajaran agama islam dan bahasa arab, mendidik guru-guru agama di institut keguruan islam, memperbaiki kurikulum, menyelenggarakan kegiatan-kegiatan dakwah sekolah, menyelengarakan musabaqoh tilawatil qur'an di sekolah.

Thailand, khususnya di beberapa daerah seperti  Pattani, Setul, Yala, dan Narathiwat Pendidikan Islam, dengan Pondok dan Madrasah menjadi tulang punggung identitas Islam dan perlawanan Islam terhadap pemerintah pusat. Pondok telah bertransformasi menjadi sekolah agama modern (madrasah). Perkembangan madrasah sangat pesat dengan memasukan dalam kurikulumnya mata pelajaran umum yang diwajibkan oleh penguasa, seperti bahasa Thai, matematika, sains, sejarah ilmu bumi, bahasa ingris, dll. Sementara itu, kondisi berbeda Pendidikan Islam di Singapura, tujuan pendidikan Islam dengan sistem pendidikan nasional belum tegas, tidak ada perguruan tinggi Islam, tidak ada kurikulum yang standar, tidak ada administrasi pendidikan Islam sentral, kurangnya dana dan status ekonomi guru agama, dll.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun