"Merapi erupsi, kita sedang pantau awan panasnya akan menuju kemana,"
Telephone berdering dering hendak memperingatkan dan menyuruh turun, tiga mobil rombongan kami tidak dapat menembus penjagaan dibawah. Kami berempat sudah terlanjur masuk dan tak menyadari peringatan. Sayangnya handphone saya letakkan di dalam mobil hingga tak tahu berita.
Truk truk pasir konon lari tunggang langgang dengan kecepatan tinggi ketika kami ada di cangkringan.
Wedus gembel mulai bergulung-gulung, nampak jelas dari cangkringan. Sirine tanda bahaya bergema, Konon kecepatan wedus gembel mencapai 200 Km/jam. Hanya butuh waktu kurang dari 5 menit awan bersuhu 1000 derajat celcius itu bisa mencapai dusun kinahrejo.
"Kalau awan itu menuju ke selatan habis kita, semua orang sudah mengungsi, tinggal kita" demikian bunyi mulut seorang perempuan pada suaminya yang nampak panik di raut wajahnya.
"Barat daya...barat daya," suara kemeresak dari HT petugas sipil mengabarkan arah wedus gembel
Meskipun berita itu melagakan pertanda aman kami segera meninggalkan kawasan kinahrejo, meluncur kebawah dengan cepat dan mendapati semua orang dan kendaraan telah pergi dari tepi-tepi jalan yang kami lewati.Â
Di area yang aman kami mengabadikan kemarahan merapi sambil berdoa semoga tak ada yang terkena bencana.
Hidup  memang Vivere Pericoloso meskipun kadang kita tak menyadarinya.
Serat Hayat AN-110323