Mohon tunggu...
Aryadi Noersaid
Aryadi Noersaid Mohon Tunggu... Konsultan - entrepreneur and writer

Lelaki yang bercita-cita menginspirasi dunia dengan tulisan sederhana.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Catatan Tepi: Wedus Gembel, Vivere Pericoloso

15 Maret 2023   10:07 Diperbarui: 16 Maret 2023   08:56 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

Sabtu tengah hari, sebagai mantan anak-anak pendaki gunung yang tengah bernostalgia, kami memilih untuk berchit-chat dilereng gunung merapi.

11 Maret 2023 pukul 12.00 tepat kami bergerak ke cangkringan usai menghirup aneka minuman panas di satu tempat di Kaliurang. Empat mobil meluncur melalui jembatan kalikuning dan menembus gerbang menuju kaliadem.

Sebagai pembuka jalan saya berada dalam mobil pertama yang berjarak cukup jauh dari mobil lainnya. Kami tak tertarik untuk menggunakan jip wisata dan bernat langsung menembus bunker kaliadem dengan kendaraan sendiri. Ditepi jalan ada satu orang yang terlihat melambaikan tangan yang kami kira pengemudi jip yang hendak menawarkan jasanya. Kami abai dan terus melaju.

Begitu menuju jalan menanjak, pukul 12.20 kami melihat kepulan awan yang kelabu dan dentuman dari puncak merapi persis jelas dihadapan kaca mobil kami.  Salah seorang kawan yang telah lama tinggal di Jogja menganggap hal itu adalah fenomena merapi yang sangat bagus dipandang dan akan menjadi gambar yang bagus untuk dijadikan foto kenangan.

Kami menembus wilayah cangkringan dan terus menuju bunker kaliadem, sementara jip yang biasanya  ramai  berseliweran tengah istirahat melewati sesi makan siang sehingga tak ada satupun disana. 

Hanya beberapa ratus meter menjelang bunker, jalan ditutup oleh sebatang kayu sisa evakuasi para petugas. Kami belum menyadari  bahwa merapi tengah erupsi dan wedus gembel sedang berulah.

Sejenak kami berhenti dan memutar balik kendaraan kearah bawah untuk parkir. Saat itu kami masih berpikir untuk lanjut jalan kaki menuju bunker namun urung.

Kemudian kami memutuskan untuk belok ke dusun Kinahrejo dimana juru kunci mbah marijan tinggal dan pernah tersapu oleh awan panas tiga belas tahun sebelumnya. Disana sedikit sekali orang yang tersisa. Hanya beberapa penjaga warung yang tersisa dan dua orang petugas sipil membawa Handie Talkie.

"Mas...tolong sebentar saja ya!" pinta salah seorang petugas didesa itu. Ia tak melarang karena mungkin karena kami lelaki berempat.

"Ada apa?"

"Merapi erupsi, kita sedang pantau awan panasnya akan menuju kemana,"

Telephone berdering dering hendak memperingatkan dan menyuruh turun, tiga mobil rombongan kami tidak dapat menembus penjagaan dibawah. Kami berempat sudah terlanjur masuk dan tak menyadari peringatan. Sayangnya handphone saya letakkan di dalam mobil hingga tak tahu berita.

Truk truk pasir konon lari tunggang langgang dengan kecepatan tinggi ketika kami ada di cangkringan.

Wedus gembel mulai bergulung-gulung, nampak jelas dari cangkringan. Sirine tanda bahaya bergema, Konon kecepatan wedus gembel mencapai 200 Km/jam. Hanya butuh waktu kurang dari 5 menit awan bersuhu 1000 derajat celcius itu bisa mencapai dusun kinahrejo.

"Kalau awan itu menuju ke selatan habis kita, semua orang sudah mengungsi, tinggal kita" demikian bunyi mulut seorang perempuan pada suaminya yang nampak panik di raut wajahnya.

"Barat daya...barat daya," suara kemeresak dari HT petugas sipil mengabarkan arah wedus gembel

Meskipun berita itu melagakan pertanda aman kami segera meninggalkan kawasan kinahrejo, meluncur kebawah dengan cepat dan mendapati semua orang dan kendaraan telah pergi dari tepi-tepi jalan yang kami lewati. 

Di area yang aman kami mengabadikan kemarahan merapi sambil berdoa semoga tak ada yang terkena bencana.

Hidup  memang Vivere Pericoloso meskipun kadang kita tak menyadarinya.

Serat Hayat AN-110323

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun