Mohon tunggu...
Aryadi Noersaid
Aryadi Noersaid Mohon Tunggu... Konsultan - entrepreneur and writer

Lelaki yang bercita-cita menginspirasi dunia dengan tulisan sederhana.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Catatan Tepi: Lembur

21 Januari 2023   07:28 Diperbarui: 21 Januari 2023   07:36 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dulu, saat masih muda, Supervisor saya kerap menjuluki saya sebagai penjahat hanya karena sering menolak kerja Lembur.

Sebetulnya bukan sembarang menolak. Manakala tidak ada rekan kerja yang bersedia lembur untuk menyelesaikan pekerjaan saya pasti mau kerja lembur.

Buat saya, kerja lembur yang diciptakan terus menerus adalah suatu kesalahan, bukan bentuk tanggung jawab. Lain soal jika ada kesalahan dijam kerja maka lembur adalah suatu tanggung jawab.

Saya memilih lebih berkeringat atau pakai cara baru disaat jam kerja agar kerjaan selesai dibanding kerja monoton, lambat tapi gak selesai.

Buat sebagian teman, lembur adalah sumber penghasilan tambahan dilain sisi  buat pengusaha lembur adalah salah satu cara untuk meminimalkan jumlah pekerja. Tetapi buat saya lembur adalah sebuah siksaan.

Saya selalu semangat bekerja dijam kerja karena selalu berharap setelah usai kerja bisa ketemu orang yang saya suka, bisa nonton TV, bisa baca buku, bisa main badminton, apa saja cita-cita selalu saya rancang usai jam kerja. Lembur seringkali merusak itu semua.

Diukur dari jumlah  gaji diakhir bulan mungkin saya selalu paling kecil. Betapa nggak, teman saya yang lembur 4 hari dalam seminggu tentu punya penghasilan jauh lebih banyak.

Tapi anehnya begitu masuk ke pertengahan bulan mereka justru sering datang untuk pinjam uang meskipun bebannya sama-sama bujangan.

Sekarang saya hapal betul bagaimana sebagian pegawai di proyek memulur-mulurkan kerjaan agar tak selesai dan berharap diperintah kerja lembur begitu jam lima tiba.

Sekali dua kali saya oke saja,memakluminya. Tapi kalo sudah terlalu sering dan bikin satu proyek mundur jadwalnya saya cuma bilang singkat;

"Kayaknya kamu nggak sanggup deh kerjain ini. Besok ganti orang lain aja ya yang lebih cepat!"

Atau saya kasih tawaran lebih lembut:

"Kayaknya perlu tambahan orang ya buat kerjain ini jadi saya bisa pilih siapa yang kerja lebih cepat?"

Lembur itu bentuk tanggung jawab menyelesaikan pekerjaan bukan hak untuk penghasilan tambahan. Manakala betul-betul dibutuhkan lembur barulah penghasilan tambahan  jadi hak seorang pegawai.

Lembur bukanlah sesuatu yang diciptakan ia ada karena keadaan dan bukan juga sesuatu yang haram.

Menciptakan lembur buat saya adalah budaya buruk, yang menghalangi orang  untuk bisa terus mempekerjakan orang lain dalam bentuk keuntungan baik waktu maupun uang.

Serat Hayat - 210123

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun