Mohon tunggu...
Aryadi Noersaid
Aryadi Noersaid Mohon Tunggu... Konsultan - entrepreneur and writer

Lelaki yang bercita-cita menginspirasi dunia dengan tulisan sederhana.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Memulai Cerita Lama di Kaliwadas - 2

3 Oktober 2021   22:09 Diperbarui: 3 Oktober 2021   22:34 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Usai berjalan tanpa keseimbangan yang baik sepanjang jalur dari Tuk Suci, pos satu yang dinamakan Pos Wit Growong muncul dihadapan pada ketinggian 1,900 mdpl. Waktu menunjuk pukul sepuluh pagi dan kami merebahkan tas-tas besar dipunggung ke atas panggung mirip altar yang  berhadapan dengan satu pohon yang lebih mirip fossil dengan akar yang membentuk terowongan sehingga  disebut Pos Wit Growong (Pohon berlubang)

Lama perjalanan dari Tuk suci ke Pos Wit Growong lebih banyak ditempuh dengan diselingi istirahat yang cukup memakan waktu, belum lagi mengobati kulit Fai dari serangan tanaman Jingkat yang  berduri.  Jika kami berjalan terus dan jalan tak licin sesungguhnya waktu yang ditempuh cukup setengah jam saja.

 Di dekat pos ini terdapat sumber mata air  yang bernama sumur penganten. Dari namanya kami tak berminat untuk mengambil airnya karena konon dari cerita masyarakat, sumur ini adalah tempat beberapa orang melakukan ziarah atau melakukan persemedian.

Sumur ini berada di sebelah barat  pos Wit growong, berjalan beberapa ratus meter dari sana   bisa ditemui beberapa bangunan rusak dan sumur yang menjorok kedalam melalui tangga besi dengan mulut sumur berbentuk  horizontal lebih menyerupai pintu gua yang ditumbuhi semak-belukar.

Kami berhenti sejenak dan melanjutkan pendakian ke pos dua bernama Pos Istana Jingkat diketinggian 2,126 mdpl yang hanya berselisih dua ratus meter dari pos satu. Jalur yang baru kami lalui dari pos satu relatif landai, namun meliuk panjang dan bervegetasi rapat. Meskipun begitu kami tak mau jumawa dengan tetap mengambil waktu istirahat secukupnya ditengah jalur pendakian.

Pos dua berada ditengah hutan yang cukup lebat dan tepat berada  pada tikungan tajam sebelum menuju jalur terjal menanjak ke  pos tiga yang berbeda ketinggian sejauh  empat ratus meter. Di Pos tiga  konon sumber air terakhir berada dan tempat dimana kami berencana mendirikan tenda.

Empat ratus meter bukanlah ketinggian yang rendah buat kami terutama orang berumur seperti saya, sehingga kami betul-betul memanfaatkan waktu istirahat di pos dua semaksimal mungkin dengan menyantap makan siang yang berupa lapisan tortilla, keju, acar timun, kornet dan saus honey mustard.

Digunung adalah tak penting mengutamakan perut kenyang, jumlah gizi asupan yang cukup lebih bermanfaat untuk menggantikan kalori yang hilang. Untuk urusan membuat sandwich tortilla ini, Fai si bungsu adalah chef yang jempolan. Ramuannya tak kalah dengan ramuan restoran Taco Bell. Kami meyantapnya dengan lahap, Sempurna.

Kami memulai pendakian tepat pukul satu siang dan dengan beratnya perjalanan, waktu yang bisa kami tempuh ke pos tiga ternyata memakan waktu tak cukup empat jam lamanya. Pukul lima sore lebih kami baru dapat menjumpai punggungan gunung yang memiliki tanah sedikit lapang untuk memuat empat tenda. Disanalah Pos tiga berada.

Setiba disana, matahari terbenam sebentar lagi dan puncak gunung slamet di timur mendapatkan sinar matahari sore  berwarna perunggu. Sungguh pemandangan yang luar biasa. Kami memutuskan bermalam ditempat ini, mendirikan tenda dan  merencanakan penambahan perbekalan berupa air karena disini adalah sumber mata air terakhir yang tersedia. Tidak ada sumber air lagi hingga menuju puncak diketinggian 3,428 mdpl.

Satu tenda telah berdiri disana sebelum kami tiba, entah mereka berangkat jam berapa. Mereka tengah bersiap  untuk melipatnya, kemudian berancana turun kembali ke pos dua  karena telah menginap satu malam disana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun