Oleh: Arvina Hafidzah
Kasih...
Ingatkah ketika mata kita saling bertemu di antara keramaian?
Ingatkah ketika bibir kita saling menyugingkan senyum, dengan raut wajah sumringah dan rasa gugup yang melemaskan kaki?
Atau saat berucap adalah penghubung kedua setelah hati?
Kasih...
Rembulan itu bahkan cemburu dengan cinta yang kita rajut
Semburat jingga di lembayung senja bahkan luluh dengan indahnya rasa yang kita rakit bersama
Tapi...
Mengapa?
Kasih...
Mengapa kesakralan cinta kita harus kau uji?
Mengapa tatapanmu padaku tak lagi sehangat mentari?
Dan sentuhan kulitmu? Â Tak lagi mendebarkan hati.
Kasih...
Saat kau tatap ia dengan segala rasa yang pernah kau berikan padaku.
Saat kau tersenyum dengannya.
Saat kau memuja dirinya di depan ragaku
Tidak...
Bukan itu...
Apakah saat ku lalai menjaga bintangku yang kini mulai meredup
Menghilang bersama angin yang berhembus di pagi hari?
Atau memang, tuhan tak menciptakan mu untukku?
Aku tak tahu...
Bahtera kita kini berlabuh di dermaga sunyi
Atau bahkan sudah karam terhantam ombak di samudera sepi
Kasih...
Setidaknya rinduku padamu tak pernah padam m
Mengalir bersama doa yang ku panjatkan
Kasih...
Terimakasih
Dan sampai jumpa
Disaat aku, dirimu dan senja kembali memanggil rasa
Ig: @arvinahafidzah