War Takjil, Siapa Takut? Dari Kejar Kupon Hingga Berbagi Rezeki dengan UMKM
Ramadan selalu membawa suasana khas yang penuh kebersamaan. Salah satu tradisi yang tak pernah absen adalah berburu takjil gratis di masjid-masjid besar. Di kota Malang, saya dan beberapa teman sesama mahasantri di pondok kerap berburu takjil ke berbagai masjid. Selain untuk menghemat pengeluaran, pengalaman ini juga membawa kebersamaan dan keseruan tersendiri.
Berburu Takjil: Antara Rezeki dan Kecepatan
Sebagai mahasiswa yang juga hidup di pondok pesantren, kami sangat bersyukur dengan adanya takjil gratis di masjid-masjid besar di Malang. Biasanya, kami sudah tahu di mana saja masjid yang menyediakan takjil melimpah, sehingga kami bisa mengatur strategi untuk mendapatkan bagian.
Masjid-masjid seperti Masjid Agung Jami' Malang, Masjid Sabilillah, dan beberapa masjid kampus selalu ramai dikunjungi masyarakat yang ingin berbuka bersama. Tidak jarang, kami harus datang lebih awal agar kebagian kupon takjil. Takjil gratis ini memang sangat membantu, terutama bagi mahasiswa dan pekerja rantau yang ingin berhemat di bulan Ramadan.
Namun, ada satu kejadian yang cukup unik dan mengajarkan kami tentang makna rezeki. Suatu hari, kami terlambat datang ke salah satu masjid yang biasanya kami kunjungi. Begitu sampai, ternyata kupon takjil sudah habis. Awalnya, ada rasa kecewa, tetapi kemudian kami mencoba melihat situasi dari sudut pandang lain.
Ketika Kehabisan Kupon: Ada Rezeki yang Lain
Saat melihat banyak orang yang masih mendapatkan takjil, kami sempat merasa iri. Namun, di saat yang sama, kami menyadari ada banyak pedagang kaki lima di sekitar masjid yang menjual aneka makanan untuk berbuka. Biasanya, kami lebih fokus pada takjil gratis, sehingga jarang melirik dagangan mereka. Kali ini, karena tidak ada pilihan lain, kami pun memutuskan untuk membeli makanan dari pedagang kecil di sekitar.
Awalnya, kami hanya berniat membeli sesuatu sekadar untuk mengganjal perut sebelum shalat Maghrib. Namun, obrolan ringan dengan salah satu pedagang membuat kami tersadar akan hikmah di balik kejadian ini.
Seorang ibu penjual gorengan bercerita bahwa Ramadan adalah momen baginya untuk mendapatkan sedikit tambahan penghasilan. Namun, sejak banyak masjid membagikan takjil gratis, jualannya sedikit berkurang. Dengan membeli dari mereka, kami tidak hanya mengisi perut sendiri, tetapi juga ikut membantu UMKM kecil yang menggantungkan hidup dari jualan di pinggir jalan.
Ramadan dan Makna Berbagi
Dari pengalaman itu, kami belajar bahwa rezeki memang sudah diatur. Jika hari itu kami tidak mendapat takjil gratis, mungkin memang rezekinya telah dialihkan kepada pedagang kecil yang membutuhkan pembeli. Ramadan bukan sekadar tentang berburu makanan gratis, tetapi juga tentang berbagi berkah dengan sesama.
Sejak saat itu, kami tetap berburu takjil gratis di masjid-masjid, tetapi kami juga menyisihkan sedikit uang untuk membeli dari pedagang kecil. Tidak selalu harus membeli banyak, tetapi sekadar membeli beberapa gorengan atau es buah dari mereka sudah cukup untuk membantu roda ekonomi kecil tetap berputar.