Mohon tunggu...
Hairun Fahrudin
Hairun Fahrudin Mohon Tunggu... IG: pelancongirit -

Penghobi jalan-jalan dengan bujet murah. Baca cerita perjalanan saya lainnya di blog pelancongirit.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Menyambangi Armenia, Negeri Kecil di Tengah Daratan Kaukasus

5 Mei 2018   13:05 Diperbarui: 5 Mei 2018   23:09 3131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu sudut kota Yerevan, ibukota Armenia

Pemandangan wilayah pedesaan di Armenia persis seperti yang kita lihat di foto-foto tahun 80-an dari era Uni Soviet. Mobil merek Lada buatan Rusia yang usianya sudah puluhan tahun juga masih gampang ditemui. Atmosfer retro seperti ini sudah sulit ditemui di negara-negara eks Soviet lainnya, apalagi di Georgia yang pembangunannya sangat pesat.

Saat minibus mulai masuk ke kawasan pinggiran kota Yerevan, terlihat banyak pabrik-pabrik peninggalan Soviet yang kini tak lagi beroperasi. Ini jadi pertanda kalau perekonomian Armenia mandeg, bahkan mundur dibanding era Soviet dulu. Harus diakui, perekonomian Armenia di bawah Soviet memang lebih berkilau.

Kawasan pinggiran Yerevan juga dipenuhi dengan gedung-gedung apartemen peninggalan Soviet yang arsitekturnya tak membuat terkesan. 

Gedung-gedung ini begitu polos, sepertinya asal dibangun saja untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal tanpa memperhatikan fungsi estetiknya. Namun jangan buru-buru memberi nilai rendah pada Yerevan. Begitu kita masuk ke bagian tengah kota, barulah terlihat bahwa Yerevan adalah harta karun tak ternilai warisan arsitektur Soviet.

Sejarah Yerevan sudah dimulai sejak abad ke-8 Masehi saat Raja Arghisti I membangun benteng Erebuni yang menjadi ibukota Armenia kuno. Zaman berganti, namun peran Yerevan tak pernah benar-benar jadi kota yang penting. Pasca Perang Dunia I menjadi era baru setelah Yerevan ditetapkan sebagai ibukota Republik Armenia dan kemudian bergabung dalam Uni Soviet pada 1920.


Di era Soviet inilah pembangunan massif kota Yerevan dimulai. Seorang arsitek Soviet bernama Alexander Tamanyan ditunjuk untuk mendesain Yerevan yang modern. Sang arsitek ini berambisi untuk menjadikan Yerevan setaraf dengan kota-kota lain di Eropa Barat yang sudah lebih dulu berkembang. Hasilnya begitu impresif, Yerevan menjelma menjadi kota berarsitektur unik, tak ada duanya di tempat lain.

Hal yang paling mencuri perhatian dari bangunan-bangunan di Yerevan adalah dindingnya yang seragam berwarna merah bata, sehingga kota ini sempat mendapat julukan pink city. Gedung-gedung bergaya neoklasik ini dirancang mirip satu sama lain, menciptakan keharmonisan arsitektur yang mengesankan. Jalanannya juga dibuat lebar-lebar dengan area pedestrian yang nyaman. Tak salah, di zaman kejayannya dulu Yerevan adalah kota impian.

Baca juga: Etika Menginap di Hostel

Ikon arsitektur lainnya yang tak kalah mengesankan adalah The Cascade, yakni tangga raksasa yang menghubungkan pusat kota dengan bagian lainnya yang terletak di atas bukit. 

Berbeda dengan gedung-gedung di kota lama Yerevan yang mengakar kuat pada gaya neoklasik Eropa, bentuk The Cascade ini seperti berasal dari negeri antah-berantah. Buat saya, arsitekturnya sangat imajinatif, seolah terinspirasi dari alam mimpi. Beberapa bagian akan mengingatkan kita pada film-film berlatar Babylonia atau Mesir Kuno. Namun selebihnya tak jelas asal-asulnya, membawa imajinasi seperti terbang ke alam mimpi.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun