Cymothoa exigua.
Nama itu terlintas di benak Dira saat Angga memotong ucapannya di depan pelayan yang sedang mencatat pesanan mereka.
"Tak usah makanan yang berat-berat, ya, Dira?" bisiknya manis. Angga tidak perlu membujuknya untuk melakukan apapun, hubungan mereka memang sedekat itu. "Dia pesan salad satu. Minumnya air putih biasa saja."
Dengan enteng Angga melingkarkan lengannya di pinggang Dira. Disunggingkannya senyum lebar sebelum Angga berbalik ke pelayan dan memesan tiga porsi terpisah untuk dirinya sendiri. Tanpa sadar Dira menahan napas, memastikan perutnya tetap rata walaupun sedang duduk selama lengan Angga melingkarinya.
Angga mencubit pelan lipatan perut Dira sambil tertawa sendiri. Gigi Dira bergemeretuk menahan malu.
"Dira memang selalu pilih makan sedikit kalau kita makan di luar. Ya kan, sayang?" celetuk Angga sambil tersenyum, dan Dira luluh lebih cepat dari es yang ada di gelasnya. Dira mengangguk dengan senyuman erat; tidak terlalu lebar, tidak terlalu tipis. Dalam hati Dira memuji dirinya sendiri karena telah berhasil menemukan titik pas itu.
Cymothoa exigua.
Tongue-eating louse.
Di bawah meja, Dira menaruh kedua tangannya di pangkuannya. Tidak apa, tidak ada yang bisa melihat. Ditulisnya nama isopod parasit itu dengan jemari ke telapak tangannya, suatu kebiasaan yang dulu sering Dira lakukan selama kuliah untuk menghapal istilah-istilah ilmiah. Cymothoa exigua. Parasit yang masuk lewat insang ikan dan menarik semua darah dari lidah ikan hingga organ itu terlepas dan parasit itu bisa menggantikan lidah si ikan.
'Perempuan itu harusnya berpikir yang cantik-cantik saja,' suara Angga bergema lagi di benak Dira, menarik jantungnya naik ke ubun-ubun hingga Dira bisa mendengar setiap degup di tiap detik, berdengung tanpa henti di gendang telinganya menutupi obrolan basa-basi di atas meja.