Mohon tunggu...
Muhammad Armand
Muhammad Armand Mohon Tunggu... Dosen - Universitas Sultan Hasanuddin

Penyuka Puisi-Kompasianer of The Year 2015

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Artikel Utama

Temaram

25 September 2015   17:01 Diperbarui: 25 September 2015   17:07 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bertenggerlah temaram itu di pundakmu
Kau katakan padaku; temaram itu indah
Tak sempat kuangguki ucapanmu itu
Kala itu...

Sebab temaram itu dibangun di ujung siang-jelang malam
Sedang indah itu tak mengerti apa-apa dan sesiapa
Bahkan tak mengenal pagi-siang-sore-malam
Indah itu rasa dan bahasa, tiada paham tentang pemandangan

Bila suatu nanti; batinmu terluka di temaram
Maka, tiada indah temaram itu lagi; bagi kita
Tak sampailah temaram itu di pundakmu
Bilapun sampai, engkau mulai membencinya

Seperti yang barusan kita rasa
Digamit-gamit perasaan sesal
Atas nama perpisahan
Itulah kepedihan di temaram kita

Engkau jamu aku; anggur dan rambutan
Keduanya merah warnanya
:Di sisi-sisi lilin menyala dalam kaca-gelas
Kaca tiada pernah memohon diterangi
Lilinpun mengerti diri; dia bukanlah penerang
Selain hanyalah penanda: "Ia masihlah bernafas"
Serupa aku itulah!

Lalu...!
Di temarammu itu
Tulangku ini t'lah patah
Serupa patahnya hati ini

Jikalau sembuh
Bakal sisakan jejak lukanya
Bahkan tak kuasa berdiri; seumpama sedia kala
Malah pun, aku berjalan bungkuk

...............

Ya, berjalan bungkuk
Di tepat temarammu....

***
Makassar, 25 September 2015

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun