Mohon tunggu...
Abahna Gibran
Abahna Gibran Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis dan Pembaca

Ingin terus menulis sampai tak mampu lagi menulis (Mahbub Djunaedi Quotes)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perempuan-perempuan yang Salah

28 September 2018   03:49 Diperbarui: 28 September 2018   17:06 554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: Kompas.com)

Lelaki tua itu mendengus. Harapan untuk mendapatkan cinta dari seorang perempuan sepertinya sudah pupus. Bahkan bisa jadi sama sekali sudah lampus. Sembilan hari lalu istri yang telah hidup bersamanya selama 35 tahun, pergi meninggalkan dirinya tanpa pamit lagi. Minggat dari rumah tempat tinggal mereka berdua selama itu. Menurut beberapa orang yang kebetulan bertemu dengan istrinya di jalan, ternyata kepergiannya tidak seorang diri. Melainkan bersama seorang lelaki, teman istrinya saat keduanya masih di SMP.

Beberapa hari sebelum kepergiannya, lelaki tua sering memergoki istrinya menerima telepon. Sementara saat dirinya muncul, telepon genggam yang sedang ditempelkan di telinganya segera dimatikan. Bila ia ditanyakan telepon dari siapa, istrinya hanya menjawab dari teman. Tanpa menyebutkan namanya.

Bisa jadi telepon itu dari lelaki yang sekarang pergi bersamanya. Bahkan lelaki tua itu pun kembali ingat dengan acara reuni teman-teman sekelas istrinya saat di SMP. Ketika akan menghadiri undangan tersebut, lelaki itu berniat untuk mengantarkannya. Namun dengan alasan yang masuk akal istrinya menolaknya. Waktu itu istrinya mengatakan akan dijemput oleh temannya. Sesama perempuan juga.

Sepulang dari acara reuni, istrinya tampak lain dari biasanya. Selain wajahnya merona bahagia, sikapnya pun berubah jadi seperti anak perempuan mereka yang duduk di bangku SMA. Sembari bercerita tentang hal yang baru dialaminya, istrinya pun memperlihatkan foto-foto di telepon genggamnya. Selain banyak foto dalam pose banyak orang, banyak juga foto istrinya yang dilihat lelaki tua itu dalam pose hanya berduaan saja. Baik dengan sesama perempuan, maupun berdua dengan teman lawan jenisnya. Pada saat itu ia tidak menaruh curiga. Ia memaklumi istrinya itu karena habis bernostalgia.

Hanya saja saat melihat foto istrinya sedang dirangkul seorang lelaki jangkung besar, tanpa ditanya istrinya mengatakan kalau lelaki itu satu-satunya temannya yang pensiunan jenderal. Selain dia, tak ada lagi teman di SMP-nya yang yang jadi tentara. Kebanyakan dari mereka menjadi guru dan dosen. Ada juga yang jadi pengacara, dan satu-dua berwiraswasta. Sedangkan status pensiunan jenderal itu -- istrinya menjelaskan, adalah duda, karena beberapa tahun lalu ditinggal mati istrinya.

"Hebat. Kamu punya teman pensiunan jenderal," komentarnya saat itu. Istrinya menjawab hanya dengan sebuah senyum yang sumringah. Lelaki tua itu pun tidak berprasangka buruk secuil pun.

Menurut keterangan orang yang bertemu dengan istrinya di jalan saat kepergiannya itu, bahwa lelaki yang bersamanya seorang lelaki jangkung besar. Ia pun tak ragu lagi kalau istrinya pergi bersama teman SMP-nya yang pensiunan jenderal itu.

Lelaki tua itu mendengus. Harapan untuk mendapatkan cinta dari seorang perempuan sepertinya sudah pupus. Bahkan bisa jadi sama sekali sudah lampus. Tanpa mengatakan alasan kepergiannya sepatah kata pun, membuat lelaki tua itu semakin yakin dengan kepalsuan cinta istrinya. Akan setia mendampingi hingga tutup usia, ternyata bohong belaka.

***

Senja telah beranjak ke tubir malam. Lelaki tua itu masih duduk di teras rumahnya seorang diri. Angin kemarau yang bertiup menggoyangkan bunga-bunga yang layu karena tak lagi ada yang menyiraminya, tak ia hiraukan. Pikirannya melayang-layang ibarat layangan yang terputus talinya oleh sabetan tali layangan lawan.

Betapa perempuan-perempuan yang pernah singgah di hatinya, selalu saja membuatnya kecewa. Setelah menjalin hubungan, perempuan yang dicintainya selalu saja pergi meninggalkan luka. Dan sekarang lelaki tua itu menjadi tak percaya lagi dengan cinta dari seorang perempuan bagaimana pun juga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun