Betapa tidak, seiring dengan berakhirnya masa jabatan sebagai Gubernur DKI Jakarta, pada bulan Oktober 2022, besar kemungkinan nama eks Mendikbud yang satu ini, secara perlahan tapi pasti, akan menyusut hilang dari peredaran.
Lha, orang sudah purna tugas, ditambah lagi bukan tokoh, atau kader partai politik apa pun. Apa lagi yang mau diberitakan media?
 Terkecuali diberitakan melalui media massa yang suka bikin sensasi, atau lewat media sosial yang selama ini ada akun dirinya yang bersangkutan. Mungkin saja tetap eksis, walaupun jangkauannya sebatas para pendukung fanatiknya.
Walakin yang jelas, tampaknya seorang Anies Baswedan ini ibarat seorang panglima perang yang tidak memiliki pasukan yang bisa diandalkan, lantaran baru saja hendak melangkah ke arena langsung terkapar lantaran suratan ruang dan waktu yang telah menentukan.
Hal ini bisa jadi tidak terlepas dari bagaimana seorang Anies meraih kekuasaan di DKI Jakarta 2017 lalu juga.
Suka maupun tidak, Pemilukada DKI Jakarta 2017 lalu, dianggap sebagai perhelatan demokrasi yang paling brutal, dan yang pernah terjadi di negeri ini.
Persaingan merebut dukungan konstituen dengan membawa-bawa simbol agama, seperti misalnya ungkapan haram, kafir, bahkan mayat sesama Muslim pun tidak boleh dishalatkan di masjid, hanya karena perbedaan dukungan kepada kandidat, dianggap sebagai babak baru ternodanya sendi kehidupan yang berdasarkan Pancasila, maupun Islam sendiri yang konon merupakan rahmatan lil'alamin.
Sehingga dalam hal ini, tentunya Anies Baswedan sendiri, sebagai pemeluk agama Islam patut untuk menyadarinya. Boleh jadi, keadaan yang saat ini terjadi pada dirinya, tidak kurang dan tidak lebih lantaran perbuatannya sendiri di saat melangkah merebut kekuasaan sebagai orang nomor satu di DKI Jakarta 2017 lalu.
Siapa menabur benih, dia juga yang akan menuainya. Siapa berbuat baik, sudah pasti akan mendapatkan balasan kebaikan juga. Demikian juga sebaliknya.
Itu bukan omong kosong, atau sekedar peribahasa yang sudah usang belaka. Tapi tetap berlaku sepanjang masa. Selama manusia hidup di dunia yang fana ini.
Terlebih lagi bila kita mengeja, dan merenungkan kembali firman Allah SWT, dan sabda Rasulullah Saw.