Mohon tunggu...
Adjat R. Sudradjat
Adjat R. Sudradjat Mohon Tunggu... Penulis - Panggil saya Kang Adjat saja

Meskipun sudah tidak muda, tapi semangat untuk terus berkarya dan memberi manfaat masih menyala dalam diri seorang tua

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Dia, Mahasiswa Pejuang yang Melupakan Jalan Pulang

19 November 2021   11:01 Diperbarui: 19 November 2021   11:07 985
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: pexel.com/PNW productions)

Tanpa terasa, Muhammad Kasim Arifin, mahasiswa Institut Pertanian Bogor, yang lahir di Langsa, Aceh, 18 April 1938 itu telah hidup selama 15 tahun bersama para petani di Waimital. Ia bagaikan seorang anak yang hilang. Meskipun orang tuanya di Aceh berulang kali memanggil pulang, begitu juga dengan Andi Hakim Nasution, Rektor IPB saat itu, turun tangan memintanya untuk kembali menyelesaikan kuliahnya yang lama ditinggal, sepertinya tetap tidak ia pedulikan.

Barulah kemudian setelah Andi Hakim Nasution mengutus Saleh Widodo, salah seorang teman kuliah Kasim untuk menjemputnya, akhirnya meskipun dengan perasaan setengah hati, Kasim pun bersedia memenuhi panggilan dari civitas akademikanya.

Hanya dengan mengenakan pakaian yang lusuh dan sandal jepit sebagai alas kakinya, hari itu, 22 September 1979 lelaki muda berkulit legam lantaran saban hari terbakar matahari, kembali berkumpul bersama teman-temannya.

Teman-temannya meminta Kasim untuk segera membuat skripsi, sebagai salah satu syarat kelulusan agar segera diwisuda menjadi seorang sarjana. Tetapi pemuda kelahiran Aceh itu menampiknya. Dirinya sudah merasa tak mampu untuk menulis banyak lagi. Sehingga akhirnya teman-temannya berinisiatif untuk membantu, dengan cara merekam seluruh kisahnya selama di Waimital. 28 jam Kasim terpaksa harus bertutur semuanya.

Setelah diwisuda menjadi seorang sarjana pertanian, Kasim tidak kembali ke rumah orang tuanya. Dia malah balik pulang kembali ke Waimital. Lantaran dirinya merasa masih banyak beban tugas yang belum diselesaikannya.

Barulah beberapa tahun kemudian dia menerima permintaan dari Universitas Syiah Kuala,Banda Aceh, untuk mengajar sebagai dosen di tanah kelahirannya hingga pensiun pada 1994 yang lalu

***

Membaca buku yang ditulis Hanna Rambe, dan diterbitkan oleh penerbit Sinar Harapan ini, selain begitu mengharu-biru, juga timbul pertanyaan yang dibarengi harapan: Masih adakah generasi Z saat ini yang memiliki jiwa pejuang seperti Muhammad Kasim Arifin?***

* Untuk Ghea, anak gadisku di UMY

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun