Mohon tunggu...
Adjat R. Sudradjat
Adjat R. Sudradjat Mohon Tunggu... Penulis - Panggil saya Kang Adjat saja

Meskipun sudah tidak muda, tapi semangat untuk terus berkarya dan memberi manfaat masih menyala dalam diri seorang tua

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kenapa Golkar Ngebet Melamar Ganjar?

15 November 2021   10:00 Diperbarui: 15 November 2021   11:02 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konstelasi politik menjelang Pilpres yang akan digelar di tahun 2024 yang akan datang, saat ini suhunya sudah mulai terasa memanas.

Berbagai statemen elit yang secara terang benderang dilontarkan, maupun sekedar sindiran terhadap rival, serta ungkapan yang malu-malu bak anak perawan saat dilamar pria idaman, sudah berhamburan terlontar memenuhi setiap ruang.

Tak terbayangkan bagaimana kalau waktu pelaksanaan Pilpres sudah mendekati hari H. Sementara sejauh ini saja, yang masih memiliki rentang 27 bulan purnama lagi, sebagaimana diagendakan komisi pemilihan umum (KPU) bersama pemerintah dan DPR, situasinya sudah sedemikian riuh-rendahnya.

Tidak hanya para pelaku politik dari kasta elit saja, bahkan hingga akar rumput pun sudah hiruk pikuk kasak-kusuk. Pengamat, atau tepatnya tukang ramal urusan politik mulai dari tingkat akademisi, yang biasa menjadi narasumber awak media, hingga tukang debat kusir di warung kopi, hampir setiap saat tak ketinggalan ikut meramaikan dengan cara mematut-matut kepantasan, atau juga kecocokan satu kandidat dengan lainnya. Apakah jika si A dipasang dengan si X yang satu dengan lainnya memiliki ideologi politik bak bumi dan langit akan memiliki peluang meraih kemenangan, misalnya.

Sebagaimana juga halnya dengan seorang Ganjar Pranowo yang belakangan ini ramai diperbincangkan. Meskipun Ganjar sendiri sampai saat ini belum terbuka mendeklarasikan diri untuk masuk bursa pencapresan, namun entah kenapa Gubernur Jawa Tengah ini seakan memiliki magnet yang begitu kuat.

Bahkan sampai-sampai elektabilitasnya mampu mengungguli seorang Prabowo Subianto yang notabene sudah sejak lama berkiprah dalam percaturan politik nasional. Hal itu tidak terlepas dari posisinya sebagai ketua umum partai Gerindra yang saat ini berada di posisi tiga besar, juga mantan menantu penguasa rezim orde baru ini sudah beberapa kali menjadi kontestan dalam pemilihan kepala dan wakil kepala negara. Terlepas dari nasibnya yang selalu menjadi pecundang.

Bisa jadi elektabilitas Ganjar Pranowo mampu menyalip pensiunan perwira tinggi TNI AD ini tidak terlepas dari kiprahnya juga selama ini sebagai salah seorang kepala daerah yang direpresentasikan sebagai pemimpin yang ideal di alam demokrasi dewasa ini.

Selain seorang yang memiliki watak yang fleksibel di dalam keseharian, dengan kata lain mampu berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah, dan mampu kapan harus bersikap ramah, atau kapan harus bertindak tegas, serta selalu dekat juga siap mengayomi warganya yang lemah,  bisa jadi dianggap merupakan pemimpin yang ideal untuk saat ini, sehingga memiliki daya tarik tersendiri.

Memang bukan hanya di wilayah tengah pulau Jawa saja sosok Ganjar Pranowo dielu-elukan warganya. Sampai saat ini di berbagai daerah di Indonesia ini sudah terbentuk relawan yang mengusung nama Ganjar. Bahkan relawan pendukung Jokowi pun beramai-ramai memberikan dukungan kepada kader PDI-P yang belakangan ini dianggap duri oleh induk partainya sendiri.

Boleh jadi karena itu juga kenapa partai Golkar akhir-akhir  ini begitu bernafsu untuk meminang Ganjar, untuk dipasang dengan ketua umumnya, Airlangga Hartarto, yang juga saat ini masih menjabat Menko Perekonomian.

Niat partai politik yang sudah malang-melintang sangat lama dalam percaturan politik di negeri ini, dan kiprah pengalamannya sudah tidak diragukan lagi, selain memiliki pertimbangan yang matang lantaran popularitasnya, juga alasan lainnya karena ada sinyal dari Jokowi  yang meskipun masih samar-samar, jika mantan Walikota Solo itupun cenderung memberikan dukungannya terhadap seorang Ganjar.

Tentunya hal tersebut dapat dibaca dari kedekatan Jokowi sendiri dengan partai Nasdem di bawah pimpinan Surya Paloh. Melalui statemen "Lord Brewok" itu juga yang muncul belakangan ini, tepatnya pada momen peringatan hari ulang tahun partai tersebut, pihaknya akan tetap setia tanpa syarat bersama Jokowi.

Sementara itu komunikasi Nasdem dengan Golkar pun kemudian begitu intens dilakukan. Sehingga koalisi dua parpol itupun arahnya tidak akan jauh dari mengawinkan pasangan Ganjar yang dimarginalkan partainya sendiri, dengan Airlangga Hartarto.

Kenapa bisa demikian? Surya Paloh sendiri sudah wanti-wanti sejak jauh hari. Partai Nasdem tidak akan ikut serta dalam konvensi pencapresan. Koalisi yang dijalinnya tanpa syarat apapun. Kecuali untuk kesejahteraan bangsa dan negara ini.

Dengan demikian, selain sudah terpenuhi syarat presidential threshold, koalisi antara dua parpol itupun diprediksi banyak pihak akan memiliki peluang besar untuk mengantarkan calon yang diusungnya untuk meraih kemenangan.

Hanya saja yang masih menjadi pertanyaan, apakah posisi seorang Ganjar akan ditempatkan sebagai capres atau cawapres?  Inilah yang menjadi ganjalan mulusnya niat Golkar menyandingkan Gubernur Jawa Tengah dengan ketua umum partai berlambang pohon beringin.

Bagaimanapun suara akar rumput yang bergemuruh hingga mencapai langit ketujuh, yang menuntut Ganjar agar mendapatkan posisi yang layak sebagaimana elektabilitas dan kinerjanya yang tidak diragukan lagi, sudah seharusnya menjadi pertimbangan yang tidak boleh tidak mesti diperhatikan. ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun