Mohon tunggu...
Arry Azhar
Arry Azhar Mohon Tunggu... Pembelajar

Arry Azhar merupakan seorang yang hobi belajar. Baginya belajar adalah sesuatu yang mengasyikkan penuh dengan pengalaman serta nilai nilai kehidupan yang didapatkan. Melalui kompasiana, ia mencoba belajar menjadi penulis. Arry Azhar memiliki hoby membaca, mendengarkan musik, menulis, menonton film dan Traveling.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Surat Cinta di Jalan Raya Losari

7 Februari 2025   15:12 Diperbarui: 7 Februari 2025   15:12 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lama-kelamaan, para supir mulai meminta bantuan kepadanya untuk menuliskan sesuatu yang lebih dari sekadar permohonan tumpangan. Beberapa supir muda yang sering mengobrol dengannya mulai curhat tentang kisah cinta mereka yang sulit.

"Nak, bisa nggak kamu bikinin aku surat cinta? Aku suka sama seorang wanita, tapi bingung harus ngomong apa," kata seorang supir angkot suatu hari.

Awaynara mengangguk dengan semangat. Ia mulai menulis surat dengan kalimat indah yang menggugah hati:

"Kepada wanita yang membuat perjalanan hidupku lebih indah, sejak pertama kali melihat senyummu di tepi jalan, aku tahu hatiku tak akan pernah sama lagi. Setiap langkahku, setiap gas yang kupijak, ada bayangmu yang menemani. Jika kau berkenan, izinkan aku menjadi perjalanan terindah dalam hidupmu."

Surat itu diserahkan dengan tangan gemetar oleh sang supir, dan tak disangka, wanita yang dituju tersipu malu dan membalas dengan senyuman manis. Sejak hari itu, reputasi Awaynara sebagai "penulis surat cinta jalanan" semakin dikenal.

Suatu sore, ketika ia sedang menulis surat di pinggir jalan, hujan turun dengan deras. Dengan seragam basah kuyup, ia berteduh di bawah pohon sambil tetap menulis. Tiba-tiba, sebuah truk tua berhenti di depannya. Seorang supir tua melongok keluar jendela.

"Nak, kamu kenapa hujan-hujanan di sini?" tanyanya.

Awaynara tersenyum kecil. "Lagi nulis surat, Pak."

Supir itu tertawa. "Sini, naik. Aku antar kamu pulang."

Sepanjang perjalanan, mereka berbincang tentang kehidupan. Supir itu bercerita tentang bagaimana dulu ia juga anak miskin yang harus berjuang untuk sekolah. "Dulu aku tidak seberuntung kamu. Aku tak pernah bisa menyelesaikan sekolah," katanya dengan suara serak.

Kata-kata itu menancap di hati Awaynara. Malam itu, di bawah lampu redup kamarnya, ia menulis lebih banyak. Ia tidak hanya menulis surat untuk supir, tapi juga cerita-cerita tentang kehidupan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun