Mohon tunggu...
ARIF ROHMAN SALEH
ARIF ROHMAN SALEH Mohon Tunggu... Guru - SSM

Menyenangi Kata Kesepian dan Gaduh

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belanda Tidak Membunuh Sukarno di Revolusi Kemerdekaan, Mengapa?

20 Agustus 2023   10:16 Diperbarui: 20 Agustus 2023   10:17 2098
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Soekarno dengan para menteri kabinet pertama RIS, di Gedung Dewan Menteri (bekas Raad van Indie), Pedjambon. Sumber: KEMPEN/kompas.id

Sebagian bukti seperti peristiwa Rengasdengklok, Lapangan Ikada, hingga Pertempuran Surabaya mampu Sukarno redam gejolak revolusinya.

Peristiwa Rengasdengklok sebetulnya adalah tekanan dari para nasionalis garis keras. Pemuda-pemuda revolusioner yang menginginkan kemerdekaan lepas dari pengaruh Jepang dan lainnya. Mendesak Sukarno untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dengan memanfaatkan momentum vacum of power.

Peristiwa Lapangan Ikada menunjukkan betapa rakyat dan pejuang siap sedia berkorban mempertahankan kemerdekaan.

Peristiwa di Lapangan Ikada pada tanggal 19 September 1945 telah menandai awal mempertemukan Pemerintah Republik Indonesia dengan rakyat untuk tidak tunduk pada siapapun, termasuk Jepang.

Sebagai pihak kalah perang, Jepang tunduk pada Sekutu yang memerintahkan Jepang mempertahankan status quo. Makanya Jepang berusaha meredam keinginan tentara dan pejuang untuk mempersenjatai diri dengan cara Jepang menyerahkan senjata.

Jepang menolak keinginan tentara dan pejuang, hingga timbul peristiwa perlawanan dan perampasan senjata milik Jepang di berbagai daerah.

Pertempuran Surabaya, andai Sukarno tidak didatangkan ke Surabaya oleh Inggris sebelum peristiwa 10 November 1945, entah apa yang akan terjadi.

Digambarkan oleh Sukarno sendiri bahwa rakyat di Surabaya sudah mengamuk. Pertikaian sudah terjadi dan korban berjatuhan. (Lihat Sumber)

Ketiga, Sukarno sebagai simbol menang dan kalah dalam perjuangan. 

Andai "Aksi Polisionil Belanda" berhasil,  akankah tentara dan pejuang menyerah dan kembali menerima dijajah Belanda? Tidak semudah itu.

Belanda tentu punya cara licik sebagai upaya untuk penekanan akhir bagi kekalahan Republik Indonesia secara total, yaitu dengan (bisa jadi) meminta Sukarno berpidato untuk menyatakan kalah perang. Tetapi sejarah mencatat, hal ini tidak pernah terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun