Ketua Pertuni (Persatuan Tuna Netra Indonesia) Wilayah Kabupaten Probolinggo ini alumni SMA Negeri 1 Dringu.
Kecerdasan dan kemandiriannya mampu beradaptasi dengan teman sebaya yang normal sewaktu mengenyam pendidikan di bangku SMA Negeri 1 Dringu.
Tidak puas dan berhenti di jenjang SLTA, Mas Rizky melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. Cita-citanya menjadi guru nan kuat dapat menembus Universitas Negeri Surabaya (Unesa).
Perjalanan menempuh pendidikan dari Kraksaan ke Surabaya dilakukan oleh Mas Rizky secara mandiri.
Jika sewaktu-waktu pulang dan kembali pergi kuliah dari Probolinggo ke Surabaya, Mas Rizky selalu naik bus.
Kepekaan naluri dan kemandiriannya sempat diragukan oleh keluarganya, tepatnya oleh ibunya yang sangat menyayanginya.
Begitu perhatiannya sang Ibu, hingga pernah suatu ketika membuntuti Mas Rizky naik bus dari Kraksaan hingga ke tempat kost di Surabaya. Untuk memastikan kemandirian Mas Risky.
Saat Mas Rizky mau membayar tiket bus, sama kondektur disampaikan sudah ada yang membayar. Begitu juga saat naik angkot dari Bungurasih ke tempat kost, sudah dibayari oleh seseorang. Mas Rizky mendiamkan saja.
Sesampai di kamar kost, barulah Mas Rizky berujar,"Ibu, masuklah."
"Lho? Kok tahu kalau Ibu?" Tanya Ibu Mas Rizky keheranan. Padahal untuk sekedar tidak diketahui membuntuti dari Kraksaan, sang Ibu sampai rela pakai sandal jepit.
"Parfum Ibu. Mana mungkin aku lupa."