Mohon tunggu...
ARIF ROHMAN SALEH
ARIF ROHMAN SALEH Mohon Tunggu... Guru - SSM

Menyenangi Kata Kesepian dan Gaduh

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Prediksi Lonjakan Kasus Covid-19 di Masa Endemi, Bagaimana Antisipasi Sekolah dan Orangtua?

13 Oktober 2021   19:33 Diperbarui: 15 Oktober 2021   21:06 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pelaksanaan Program Vaksin Remaja. Sumber: screenshot/instagram/@jokowi

Menarik untuk dicermati pendapat tegas MenkoMarves, Luhut Binsar Pandjaitan,"Bahwa ada tantangan di sana-sini yes, tapi kita lebih takut dan ngeri lagi kalau generasi yang akan datang jadi tidak berpendidikan dan jadi bodoh".

Pendapat di atas dikutip dari media online Kompas.com dalam salah satu artikel tanggal 28 September 2021.

Bagaimanapun, pendidikan harus tetap dilaksanakan dalam kondisi apapun. Termasuk saat pandemi Covid-19 yang belum tuntas teratasi.

PTMT dan Pentingnya Vaksinasi

Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) mulai dibolehkan seiring tren penurunan kasus terkonfirmasi Covid-19.

Tren penurunan kasus Covid-19 diimbangi dengan gencarnya Program Vaksinasi Remaja yang menyasar anak usia 12-17 tahun.

Hanya vaksin yang mampu membentengi tubuh dari serangan virus Corona. Termasuk membentengi anak sekolah saat PTMT.

Vaksin memang tidak menyembuhkan dan tidak menjamin tertular atau terpapar virus Corona, tetapi lebih mampu menghambat dan melawan agar tubuh tidak lebih parah menderita bahkan menyebabkan kematian.

Melalui instagram @jokowi, Presiden Joko Widodo menegaskan bahwa meskipun baru satu suntikan, lalu nanti disusul suntikan kedua, tetapi jika level PPKM kota dan kabupaten sudah level 3, sekolah dipersilakan belajar tatap muka dengan protokol kesehatan yang ketat, terutama memakai masker.

Penerapan protokol kesehatan lebih pada mengantisipasi penularan Covid-19. Belum lagi prediksi saat endemi, masih dimungkinkan terjadi lonjakan kasus Covid-19 di beberapa daerah yang kurang disiplin menerapkan protokol kesehatan. 

Dari Pandemi ke Endemi

Virus Corona hampir sama dengan virus flu lainnya (HCoV-229E, HCoV-OC43, HCoV-NL63, HCoV-HKU1, SARS-COV (yang menyebabkan sindrom pernapasan akut), MERS-COV (sindrom pernapasan Timur Tengah).

Sejak akhir tahun 2020, virus Corona telah bermutasi menjadi berbagai jenis baru. Varian Alfa, Beta, Gamma, Delta, Lambda, dan Kappa lebih menular dan mematikan.

Dikutip dari laman who.int, sampai dengan 13 Oktober 2021 jumlah kasus terkonfirmasi Covid-19 di seluruh dunia telah mencapai 238.229.951. Angka kematian mencapai 4.859.277 jiwa.

Sedangkan di Indonesia, sampai dengan 12 Oktober 2021 jumlah kasus terkonfirmasi telah mencapai 4.229.813 jiwa. Angka kematian mencapai 142.763 jiwa.

Mengingat berbagai upaya belum mampu mengatasi secara tuntas penyebaran Covid-19 di berbagai penjuru dunia (pandemi), pemerintah Indonesia telah menyakini kasus Covid-19 sebagai endemi.

Pengertian endemi menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah penyakit yang berjangkit di suatu daerah atau pada suatu golongan masyarakat. Artinya, masyarakat di daerah  harus siap hidup berdampingan dengan Covid-19 seperti halnya virus flu lainnya.

Sekolah dan Orangtua Menyikapi Prediksi Lonjakan Kasus Covid-19 di Masa Endemi

Masih segar diingatan kita saat puncak pandemi, begitu sering kabar kematian terdengar. Klaster merebak menimbulkan korban meninggal yang tidak sedikit.

Dalam sehari seandainya berkendara sejauh 10 km, beberapa bendera kematian menandai di pinggir jalan.

Penduduk di perkotaan dan pedesaan mulai antisipasi mengurangi aktivitas di luar rumah. Bahkan sebagian sudah terpapar covid-19 namun enggan melapor.

Bagi yang pernah terpapar Covid-19 dapat merasakan perbedaan dari tertular virus flu biasa. Seperti badan meriang, demam tinggi, batuk berat, tulang terasa sangat linu, hilang pengecap rasa di lidah, dan hidung tidak dapat membaui.

Hal yang paling menghantui dan kematian seakan begitu dekat saat merasakan sesak di dada dan susah bernapas.

Begitu banyak orang terpapar Covid-19 mengalami penurunan saturasi oksigen dan membutuhkan bantuan asupan oksigen tabung.

Kelangkaan oksigen dalam kemasan tabung tak terhindarkan. Andaipun masih ada harganya mahal.

Jika dicermati, puncak penularan Covid-19 dapat terjadi pada peralihan musim. Di Indonesia, peralihan musin berbeda antar daerah. Sehingga bisa menimbulkan endemi Covid-19.

Ke depan, beberapa daerah di Indonesia memasuki musim penghujan. Bertiupnya angin muson barat menjadi pertanda datangnya musim penghujan.

Bagaimana sekolah di daerah menyikapi seandainya terjadi puncak penyebaran Covid-19 di peralihan musim? Tentu kembali pada aturan yang tertuang dalam Revisi SKB 4 Menteri.

Poin penting SKB 4 Menteri disampaikan langsung oleh Mendikbudristek yang menyatakan bahwa kalau berdasarkan hasil pengawasan terdapat kasus konfirmasi COVID-19, pemerintah pusat, pemerintah daerah, kanwil, kantor Kemenag, dan kepala satuan pendidikan wajib melakukan penanganan kasus dan dapat menghentikan sementara pembelajaran tatap muka di sekolah tersebut. (setkab.go.id).

Berdasarkan SKB 4 Menteri, sangat jelas keputusan untuk menghentikan sementara PTMT ada pada kepala satuan pendidikan (kepala sekolah) dan pemerintah daerah.

Jika PTMT dihentikan sementara, pilihan kembali ke PJJ (Pembelajaran Jarak jauh). Maka sekolah mengeluarkan aturan PJJ, sedangkan guru dan orang tua sudah harus siap mendampingi anak dalam PJJ.

Wasana Kata 

PTMT bagaimanapun memberikan ruang diskusi mengatasi kesenjangan pembelajaran anak selama PJJ. Meminimalkan gangguan seandainya kembali ke PJJ karena lonjakan Covid-19 saat endemi.

Sekolah dan guru sebagai sutradara dapat memilih model pembelajaran yang aplikatif dan adaptif. Apakah ingin kembali berbantu internet ataukah luring dengan memanfaatkan media non internet seperti modul dan model kegiatan pembelajaran lainnya.

Terpenting sebelum endemi dapat kembali menyebabkan lonjakan kasus Covid-19, manfaatkan PTMT untuk menggali, mencari, dan mengurangi masalah dalam PJJ.

Pembiasaan dan lebih memanfaatkan fitur kelas maya harus lebih diintensifkan. Sebab bagaimanapun, ke depan peran teknologi lebih dibutuhkan dunia pendidikan. Apapun kondisi dan jenjangnya.

Referensi: 1, 2, 3, 4

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun