Mohon tunggu...
ARIF ROHMAN SALEH
ARIF ROHMAN SALEH Mohon Tunggu... Guru - SSM

Menyenangi Kata Kesepian dan Gaduh

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ke Braholo Merajut Masa Depan

20 September 2017   12:16 Diperbarui: 20 September 2017   12:25 1036
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Feature

Di jaman yang semakin canggih, selayaknya akses pendidikan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Kenyataannya, masih ada daerah yang belum tersentuh layanan pendidikan di berbagai jenjang. Termasuk Dusun Braholo dan sekitarnya. Hal ini mendorong pemerintah dan masyarakat mendirikan SMP Terbuka dengan Tempat Kegiatan Belajar (TKB) di Braholo.

Tangal 21 Agustus 2017, sinar matahari nan terik tak menyurutkan keinginan mengunjungi sebuah tempat bernama "Braholo". Yah... Braholo, nama sebuah dusun yang baru kami dengar, meskipun dalam lingkup Kecamatan Kuripan-Kabupaten Probolinggo.
Pukul 09.00 WIB kami meluncur ke Kecamatan Kuripan. Di pikiran ada sebersit rasa penasaran. Seperti apakah Braholo? Apakah akan langsung menuju jantung Braholo?. Belum terjawab dan kami masih memendam rasa penasaran.

Di tengah perjalanan menuju Kecamatan Kuripan barulah ibu Dra. Tri Astuti Yuli Rukmawati, M.M., selaku Kepala SMP Negeri 1 Wonomerto buka suara,"Saya hanya mengajak Wakasek dan Bendahara SMP Terbuka Wonomerto, juga Kaur Kurikulum. Kita akan membuka lagi SMP Terbuka Wonomerto TKB Braholo, menginduk ke SMP Negeri 1 Wonomerto".
Selaku Bendahara SMP Terbuka Wonomerto, ibu Weni menimpali,"Braholo masuk wilayah Kecamatan Kuripan. Mengapa menggabung ke SMP Negeri 1 Wonomerto? Harusnya SMP Negeri 1 Kuripan?"

"Dinas Pendidikan tidak boleh lagi membuka SMP Terbuka yang baru. Karena wilayah terdekat dengan Braholo yang ada SMP Terbuka hanya SMP Negeri 1 Wonomerto, Dinas Pendidikan melimpahkan rencana mendirikan SMP Terbuka Wonomerto TKB Braholo ke SMP Negeri 1 Wonomerto," Jawab ibu Yuli dengan lugas.

Kamipun terdiam dan kembali menikmati mulusnya jalan aspal berkelok naik turun menuju Kecamatan Kuripan. Perjalanan berhenti di Kantor Polsek Kuripan. "Jangan kaget bapak/ibu, kita minta kesediaan personil Polsek Kuripan mengantar ke Braholo".

Kami kembali terdiam. Ada apakah gerangan hingga perjalanan ke Braholo harus meminta bantuan Polsek Kuripan?. Ibu Yuli tidak memberi penjelasan lebih lanjut. Setiba di Polsek Kuripan, beliau langsung masuk ruang Kapolsek. Di ruang Kapolsek sudah ada Kepala SMP 1 Bantaran dan Kepala SMP 1 Kuripan. Tampaknya, pendirian SMP Terbuka Wonomerto TKB Braholo melibatkan tiga kecamatan di wilayah Kabupaten Probolinggo, yaitu Kecamatan Wonomerto, Bantaran, dan Kuripan.

Sekitar pukul 10.00 WIB, ibu Yuli, didampingi Kapolsek Kuripan memberi penjelasan. "Bapak/Ibu mengingat kondisi jalan yang sulit dijangkau, Polsek Kuripan bersedia mengantar ke Braholo dengan kendaraan patroli yang ada. Kita akan touring. Menanjak menuju Braholo".

Kami akhirnya naik mobil patroli Polsek Kuripan. Bukan sembarang kendaraan, roda empat khusus tanjakan "Mitsubishi Strada". Mengingat keterbatasan tempat duduk, bapak-bapak naik di bak terbuka. Siap berdebu dan berjemur di bawah terik matahari yang mulai menyengat.

Dari Polsek Kuripan menuju Braholo perjalanan sekitar 4 kilo meter. Tidak seberapa jauh "pikir kami". Setelah melewati tikungan, lepas dari jalan aspal, suasana "touring" terasa. Tidak ada lagi jalan aspal, meskipun sisa aspal masih "sedikit sekali tersisa". Adanya hanya jalan "makadam" berbatu, berdebu, dan banyak tanjakan tajam.

"Strada" naik lambat dengan hanya mengandalkan gigi transmisi satu. Kanan kiri jalan yang tampak tanah gersang berbatu, deretan pohon jati meranggas, kepulan debu, dan jurang curam. Keadaan sepi, hanya sedikit roda dua berpapasan melambat. Terpental-pental diantara bebatuan yang cukup tajam terkikis deras air hujan.

Kilometer empat jalan menanjak tajam, mulai terlihat perumahan penduduk Braholo. Sedikit bangunan permanen, yang lebih tampak bangunan semi permanen, bahkan lebih banyak rumah dari rajut bambu atau "omah gedeg". Sekitar sepuluh meter sisa aspal menanjak, sampailah di SD Negeri Kedawung III yang terletak di dataran tinggi Dusun Braholo.

Saat kaki menjejak pintu masuk SD Negeri Kedawung III sebagai TKB (Tempat Kegiatan Belajar) Braholo, siswa-siswi menyambut berhamburan. Wajah-wajah polos mereka terlihat suka-cita. Mereka bergantian dan berebut cium tangan. Sengatan terik matahari serasa pupus tersiram wajah-wajah ceria mereka. Iba hati kami melihat banyak siswa yang masih memakai sandal jepit, bahkan tak sedikit masih bersekolah tanpa alas kaki.

Sejenak kami berbaur dengan kepolosan dan keriangan anak-anak SD Negeri Kedawung III. Sedang di pojok barat sekolah, calon siswa SMP Terbuka Wonomerto TKB Braholo juga antusias menyambut kami. Lebih banyak putri dibanding putra. Meskipun belum berseragam SMP, mereka hadir menyambut dan terlihat antusias untuk bersekolah di SMP Terbuka Wonomerto TKB Braholo.

Selanjutnya kami diberi kesempatan untuk melepas lelah. Kesempatan ini kami manfaatkan untuk melihat lingkungan sekitar. Nun jauh di atas dan bawah bebukitan terlihat samar pemukiman penduduk yang terpencar. 

Kami berbincang dengan bapak Abdur Rakhman, Kepala Sekolah SD Negeri Kedawung III. Menurut bapak Abdur Rakhman, calon siswa TKB Braholo berasal dari tiga dusun, yaitu Dusun Braholo, Mlamar, dan Kedawung. Dusun Mlamar dan Kedawung letaknya di bebukitan yang ada di atas Dusun Braholo yang jaraknya masih sekitar 3 kilo meter. Dulunya Braholo masuk wilayah Dusun Kedawung.

Dari bincang-bincang dengan bapak Abdur Rakhman, terungkap banyak siswa lulusan SD Negeri Kedawung III tidak melanjutkan ke jenjang SMP. Hanya sedikit yang melanjutkan ke jenjang SMP dan SMA. Beberapa penyebab anak tidak melanjutkan sekolah setelah lulus dari SD Negeri Kedawung III diantaranya:

Pertama, tidak ada sekolah SMP dan SMA di Dusun Braholo, Kedawung, dan Mlamar, bahkan SD Negeri Kedawung III adalah satu-satunya SD di tiga dusun tersebut;

Kedua, untuk melanjutkan ke jenjang SMP dan SMA mereka harus turun ke pusat Kecamatan Kuripan atau Kecamatan Bantaran. Jarak yang harus ditempuh sekitar 7 kilo meter;

Ketiga, karena akses jalan menanjak/menuruni bebukitan dan berbatu serta keadaan yang sepi sepanjang 4 kilo meter menuju pusat Kecamatan Kuripan, dibutuhkan transportasi sepeda motor. Sedangkan banyak dari siswa lulusan SD Negeri Kedawung III tidak mempunyai sepeda motor. Untuk memakai sepeda ontel sangatlah tidak memungkinkan, mengingat akses jalan yang berat bagi anak-anak yang ada di sekitar Dusun Braholo, Kedawung, dan Mlamar. Apalagi jika musim penghujan, jalanan sangatlah sepi, berbatu di sepanjang badan jalan, dan licin;

Keempat, untuk dapat bersekolah dan mondok di pondok pesantren, terkendala faktor ekonomi yang kurang mampu. Mayoritas masyarakat sekitar Braholo hanya bekerja sebagai buruh batu dan memanfaatkan lahan kering untuk berladang.

Setelah sejenak istirahat dan berbincang dengan bapak Abdur Rakhman, kami menuju salah satu ruang kelas. Tidak terasa, jam dinding sudah menunjukkan pukul 12.00 WIB. Suasana lengang setelah siswa-siswi SD Negeri Kedawung III pulang ke rumah masing-masing. Rombongan, pengelola SD Negeri Kedawung III, dan calon siswa merencanakan kegiatan pembelajaran di TKB Braholo.

Selaku Kepala SMP Terbuka Wonomerto, ibu Yuli menyampaikan rencana program pembelajaran di TKB Braholo. Intinya, proses pembelajaran akan dibimbing oleh guru bina dari guru SMP yang ada di Kecamatan Wonomerto, Bantaran, dan Kuripan, serta guru pamong dari SD Negeri Kedawung III. Kegiatan pembelajaran setiap hari dimulai pukul 09.00 WIB sampai 12.00 WIB. Ruang belajar di gedung TK yang ada di SD Negeri Kedawung III. Pembelajaran dengan sistem modul. Tatap muka berlangsung hanya 3 jam mengingat ruang belajar bergantian dengan siswa TK atau setelah siswa TK selesai proses pembelajaran.

Selanjutnya bapak Abdur Rakhman memaparkan harapan dibentuknya TKB Braholo dan gambaran kondisi sosial ekonomi masyarakat yang ada di sekitar Braholo. Terbentuknya TKB Braholo berangkat dari keprihatinan pemangku pendidikan dan tokoh masyarakat akan masa depan anak-anak yang tidak dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Khususnya lulusan dari SD Negeri Kedawung III di Dusun Braholo. Padahal jumlah siswa SD Negeri Kedawung III sekitar 170 siswa tiap tahunnya. Jumlah siswa yang lulus di atas angka 20. Jumlah lulusan yang tidak sedikit dan perlu diperhatikan kelanjutan pendidikannya.

Lebih lanjut bapak Abdur Rakhman sangat berharap, dibukanya TKB Braholo, dapat mengikis dampak negatif anak-anak sekitar Braholo putus sekolah. Mengapa? Karena sedikit banyak dan juga faktor ekonomi, telah menyeret anak-anak lulusan SD Negeri Kedawung III terkontaminasi "penyakit masyarakat". Kondisi ini mendorong kami mengemban amanah untuk memajukan sosial ekonomi masyarakat lewat pendidikan.

Menindaklanjuti berdirinya TKB Braholo, tanggal 5 September 2017, secara resmi TKB Braholo dibuka oleh bapak Priyo Siswoyo, S.H, M.H selaku Kepala Bidang Pembinaan SMP Dinas Pendidikan Kabupaten Probolinggo. Dibukanya TKB Braholo sejalan dengan program pemerintah baik pusat dan daerah memberikan layanan akses pendidikan kepada seluruh masyarakat. Juga mewujudkan Program Wajib Belajar 12 Tahun. Apapun tantangan dan keadaannya.

Diresmikannya TKB Braholo diharapkan mampu memberi layanan akses pendidikan. Memberi alternatif nyata mengurai dan menanggulangi anak putus sekolah dari jenjang SD ke jenjang yang lebih tinggi.

Keberadaan SMP Terbuka jelas memberi manfaat nyata jangkauan layanan pendidikan di daerah-daerah yang sulit layanan akses pendidikan. Meskipun dengan segala tantangan dan keterbatasan. 

SMP Terbuka selayaknya masih tetap ada. Butuh perhatian dari pemerintah, baik menyangkut ketersediaan anggaran dan fasilitas lainnya. Kamipun berharap ada perhatian lebih dari pihak terkait dan masyarakat untuk tetap mendukung eksistensi SMP Terbuka. Semoga!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun