Mohon tunggu...
Arrie Boediman La Ede
Arrie Boediman La Ede Mohon Tunggu... Arsitek - : wisdom is earth

| pesyair sontoloyo di titik nol |

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Jurnalisme Sekarat di Titik Nol?

27 September 2020   15:49 Diperbarui: 27 September 2020   15:52 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
olah gambar - agenkoran.com

apa kabar jurnalisme?
ini hari minggu
sengaja kuusik hari liburmu
tapi, jangan merasa terganggu
ini cuma bagian dari dari keusilanku semata
bukan untuk menyenangkan hati
ya sekadar menyapamu saja
sapaan dari seorang kawan lama
kawan tempat berbagi sepiring nasi
sepukul dua pukul, puluhan tahun yang lalu

(i) jurnalisme orde baru

tabik, agar lebih akrab kupanggil saja nama kecilmu: kawan
semoga kau sepakat: oke ya?
agar pertemanan kita kembali seperti dulu lagi
kerana sebelum jaman edan ini diberlakukan
kita pernah berteman akrab
semoga kau masih ingat:
bahwa dulu kita sering bersendawa di warung pojok
sembari mengepulkan asap kretek dari bibir kita yang menghitam
kita mengumbar cerita kosong dan cita-cita yang melambung
cita-cita yang nyaris mengantarkan kita ke pintu hotel prodeo

: "sori menyori kawan"
maaf, kuingatkan lagi ujaran kuno itu
ujaranku ketika honor tulisanmu kupalak buat beli bakso
padahal, itulah honor pertamamu
honor yang kau niatkan buat beli susu bubuk anakmu:
alamak, alangkah berdosanya diri ini!
namun, kau tak sedih; kau malah tertawa ngakak
menertawai rasa bersalahku, dosaku
rasa senasib sepenanggungan sebagai kuli tinta
kuli yang nasibnya kadang ditentukan oleh ujung sepatu lars: berakhir tanpa batu nisan

ya, ya, ya, itu kisah nostalgik
kisah di mana kita mengotak atik buku notes dengan tulisan steno
tulisan yang hanya diketahui oleh kuli tinta tertentu
ha ha, semoga kau kembali ingat
bahwa gegara tulisan steno pada buku lusuhmu tersebut
kau di-interogasi oleh om berbaju ijo, istilahmu untuk aparat
kau dianggap bagian dari jaringan intelijen asing yang  menyamar
lagi-lagi aku berseru: alamak!
dan kita tertawa ngakak lagi
menertawai keluguan intuisi kita dalam membela diri dari tekanan jaman

(ii) jurnalisme era reformasi

maaf kawan, jika ilustrasi di atas membuatmu tak nyaman;
takada maksud membuka luka masa lalu
luka yang membuat kita menjadi penganut latahisme;
isme yang membabibuta untuk membenci sebuah orde
orde yang sesungguhnya telah menjadi mahaguru dalam berdemokrasi
orde yang pernah mengangkat harkat dan martabat bangsa ini di mata dunia
orde yang yang ditumbangkan oleh peternak ribuan kebencian
kebencian yang bersumber dari berita media kompor
yang beritanya dilahap habis oleh penganut sumbu pendek
sumbu yang mudah terbakar oleh berita palsu

begitulah kawan, ulah sebuah orde yang bernama orde ngerepotin aja
orde yang melabeli dirinya: orde reformasi
orde di mana semua orang tetiba saja merasa dirinya menjadi reformis
mulai dari reformis ala kacang kulit hingga ke reformis ala jambu klutuk
demikian pula dengan kawan-kawan teman kita ngopi
atas nama reformasi terpaksa jadi pimpinan redaksi dadakan
ada pula yang atas nama repot nasi tetap setia dengan profesinya: wartawan bodreks
ya mau diapakan lagi kawan; ini soal urusan menjaga irama asap dapur agar tetap ngebul
urusan yang pernah kita sepakati bahwa di era reformasi apapun dan siapapun bisa kita jadikan sumber penghidupan

(iii) jurnalisme jaman now

kawan, rasanya takada lagi kisah yang perlu kuurai di sini
jurnalisme sekarang sudah hidup enak, nyaman, damai
tak perlu lagi merasa di kejar-kejar oleh deadline atau ketakutan semu akbat berita yang diliputnya
semua berita yang dicari sudah terpampang lebar-lebar di depan matanya
duniapun dalam genggamannya; mereka disebut jurnalis media online
sambil nongkrong berhahahihi di gerai kopi bisa upload berita
sumber beritanya sangat banyak dan tersebar di lapaknya mbah gugel
tinggal copy paste lalu kirim ke medianya
so, jangan tanya soal judul beritanya
hmm, soal rekayasa judul dan isi adalah perkara mudah bagi mereka;

begitulah kawan,
jurnalisme jaman now
jurnalisme gadget, jurnalisme penganut kemalasan
jurnalisme apa yang lu mau gua ada;
jurnalisme yang nyaris tanpa tujuan;
jurnalisme digital yang mengabaikan tugas dan fungsi jurnalistik
yang penggunaanya tak lebih dari sekadar buat gagah-gagahan;
melupakan azas manfaat: "sing penting enthuk berita"
buat di pajang pada halaman depan media onlinenya
media yang jurnalsnya takjelas latar belakang jurnalistiknya; takjelas pula perijinan medianya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun