Pengguna media sosial di indonesia lagi 'demam' trend S Line. S Line merupakan drama Korea Selatan yang tayang perdana pada 11 Juli 2025 kemarin. Ceritanya, berkutat pada sosok Shin Hyun Heup, seorang siswi SMA di Korea Selatan. Shin memiliki kemampuan khusus sejak lahir. Ia mampu melihat garis merah misterius yang ada di atas kepala manusia. Garis merah misterius ini menghubungkan manusia yang satu dengan manusia lainnya. Dikisahkan, ketika garis merah ini bertaut antara satu dengan lainnya, maka orang tersebut terindikasi pernah melakukan hubungan intim.
Semakin banyak garis merah yang ada di atas kepala setiap orang, maka semakin banyak pula pengalaman orang tersebut melakukan hubungan badan dengan orang lain. Sejak serial ini tayang, orang-orang di Indonesia, khususnya kalangan anak muda ikut-ikutan memajang foto atau mengunggah video yang menunjukkan adanya garis merah di atas kepala. Bahkan, ada yang dengan sengaja mengunggah foto dan video dengan editan garis merah yang cukup banyak di bagian kepalanya. Semula, tren ini dianggap hanya lucu-lucuan saja. Tapi di lain hal, lucu-lucuan ini justru menunjukkan kelucuan orang Indonesia itu sendiri.
Mereka senang menggunakan guyonan-guyonan yang sebenarnya sangat bertolak belakang dengan budaya ketimuran. Bagaimana mungkin, ada anak gadis yang sengaja mengunggah fotonya dengan garis merah di kepalanya. Seolah si anak gadis ingin menunjukkan bahwa ia sudah pernah melakukan hubungan intim dengan seseorang. Tentu, meski ini hanya guyonan, tapi trend tersebut agaknya kurang pantas dan tidak sesuai dengan budaya ketimuran. S Line sejatinya mengungkap aib setiap orang. Sementara agama mengajarkan kita untuk menutupi aib diri sendiuri dan orang lain serapat-rapatnya.
Meski orang yang mengikuti trend ini belum tentu pernah berhubungan badan, tapi beberapa pihak menilai bahwa tren ini akan meligitimasi aksi mengumbar aib di publik. Perbuatan berhubungan badan tanpa status atau pernikahan akan dianggap wajar, dan menjadi sebuah hal lumrah. Padahal, dalam agama, khususnya Islam, berzina jelas-jelas dilarang. Walaupun tidak dipungkiri, masih banyak orang yang diduga melakukan zina secara sembunyi-sembunyi. Tapi para pendosa ini berusaha mati-matian menutupi aibnya. Sedangkan anak-anak muda di media sosial, dengan senang dan gembira menggunakan tren ini.
Merendahkan Wanita
Di tengah merebaknya tren S Line tersebut, sebenarnya ada dampak tak langsung terhadap kalangan wanita. Mereka rentan dilecehkan dan direndahkan di hadapan publik. Mereka yang ikut-ikutan trend ini akan dibully, karena dianggap perempuan 'tidak beres'. Sebab, seperti penjelasan di awal, S Line sejatinya ingin menunjukkan bahwa orang yang memiliki garis merah di atas kepalanya pernah diduga melakukan hubungan badan. Sehingga ketika seorang wanita mengunggah fotonya menggunakan garis merah, mereka akan dikomentari dengan kalimat yang macam-macam.
Ada yang bilang, bahwa wanita tersebut 'sudah longgar'. Atau, ada yang berkomentar, bahwa wanita tersebut merupakan 'perempuan gampangan'. Bagi mereka yang tidak sependapat dengan komentar itu, pasti akan menganggap si pemberi komentar berotak mesum dan cabul. Tapi di sisi lain, justru si pengunggah lah yang memancing orang untuk berkomentar negatif. Sudah jelas bahwa garis merah itu menunjukkan hal yang tidak bagus, tapi malah tetap diikuti. Bahkan, mereka dengan bangga mengunggahnya di media sosial dengan dalih lucu-lucuan.
Padahal, di dalam Islam, wanita itu sangat dihargai. Buktinya bisa kita lihat dari Hadits Rasulullah S.A.W. Ketika ada yang bertanya pada Rasulullah siapa yang paling berhak mendapatkan perlakuan baik, Rasul menyebut ibu sebanyak tiga kali. Itu artinya, wanita sangat dijunjung tinggi dalam Islam. Bahkan disebutkan, surga ada di bawah telapak kaki ibu. Hal ini menunjukkan betapa tingginya derajat seorang wanita yang kelak menjadi seorang ibu. Bagaimana mungkin, hanya karena trend ini wanita justru merasa bangga ketika dikomentari yang macam-macam oleh orang lain.
Terjebak dalam Kedunguan
Karenanya, bagi anak-anak muda kekinian yang lagi aktif-aktifnya bermedia sosial, agaknya bisa memfilter setiap tren yang muncul di era digital seperti sekarang ini. Sebab, selain trend tersebut dapat merendahkan wanita, fenomena ini juga menunjukkan betapa gampangnya orang-orang Indonesia dicekoki dengan sesuatu yang dapat merusak moral. Kita juga tidak ingin hal-hal negatif justru akan dianggap lumrah dan wajar di kalangan masyarakat. Apalagi, trend semacam ini dapat ditiru oleh kalangan 'bocil' yang kadang lepas dari pengawasan orang tua.
Penulis hanya berharap, kita tak mudah terjebak dalam kedunguan di akhir zaman. Sudah sepatutnya lah kita meninggalkan warisan yang positif bagi penerus selanjutnya. Jika kelak moral anak-anak muda semakin ambruk dan terpuruk, tentu hal ini tak lepas dari kesalahan diri kita sendiri. Bagi mereka yang ikut-ikutan menggunakan trend S Line, mereka hanya mewarisi budaya 'sampah' kepada generasi berikutnya. Lalu, bagi mereka yang tak melakukannya tapi hanya sebatas diam menikmati kedunguan ini, tentu juga dituntut akan tanggung jawab moralnya. Mudah-mudahan, kedepan kita tak mudah terpapar trend yang justru hanya merendahkan diri kita sendiri. Sebab, memamerkan kedunguan sejatinya tidak membuat diri mu terlihat keren!(anarcho)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI