Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Kevin/Marcus Layu, Ahsan/Hendra Laju, Lawan Berat Menunggu di Semifinal

29 Juli 2021   13:59 Diperbarui: 29 Juli 2021   14:32 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kevin Sanjaya/Marcus Gideon I gambar : kompas.com

Dalam tulisan kemarin, saya sudah memprediksi bahwa kekalahan Praveen/Melati di babak perempatfinal ganda campuran dapat menjadi red alert, tanda bahaya bagi tim bulutangkis kita di Olimpiade Tokyo 2020.

Maksud saya begini. Tim bulutangkis kita jangan takabur dengan segala puja-puji yang memprediksi akan mudah meraih emas di beberapa sektor dan akhirnya lupa diri.

Selain itu, saya juga memberi catatan khusus, bahwa seharusnya Olimpiade mesti dipandang sebagai ajang istimewa yang berlangsung empat tahunan, bukan tahunan. 

Ini berarti kesalahan dan kekalahan hari ini baru bisa ditebus empat tahun mendatang, bukan tahun depan.

Hal ini saya perlu lakukan, karena belum apa-apa media dan mungkin kita sudah takabur.

Di banyak media tertulis tentang skenario berisi mimipi indah di sektor ganda putra, dimana Kevin/Markus diprediksi akan berhadapan dengan Ahsan/Hendra di babak final.

Mamamia, saya lalu menarik napas panjang, ini baru babak perempat final bung, ayolah. Apalagi menurut saya kejutan-kejutan yang terjadi seperti tersingkirnya Kento Momota membuka mata agar tetap waspada dan tetap menjejak kaki di daratan, jangan melangit.

Itulah yang membuat saya tak ambil pusing dengan rekor mentereng Kevin Sanjaya/Marcus Gideon saat menghadapi pasangan non unggulan asal Malaysia, Aaron Chia/ Soh Wooi Yok.

Kevin/Marcus memang digdaya dengan tak pernah kalah dari Aaron/Soh dalam tujuh kali pertemuan mereka.

Malah, dalam hati sebelum laga, bayangan kekalahan Kento Momota seperti mengintip. Benar!.

Laga berlangsung menyesakkan bagi saya yang menyaksikan ketika Kevin/Marcus tumbang dengan telak dua set langsung, 14-21, 17-21.

Menurut saya pribadi, Aaron/Soh yang dikalahkan Hendra/Ahsan di fase grup tak tampil super, tapi Kevin/Marcus yang nampak layu. Entah mengapa.

Smash-smash mereka tak sekeras biasanya. 

Penempatan bola Kevin yang sering mengejutkan dan meraih banyak poin saat itu terbilang gagal. Bola banyak melambung keluar, seperti ingin menjauh dari garis lapangan.

Biasanya juga The Minions akan bangkit di fase kedua saat tertinggal di set pertama dengan bantuan instruksi pelatih Herry Iman Pierngadi, akan tetapi hal itu tidak terjadi. 

Mereka nampak layu, disiram tapi tak berkembang.

Saat kalah dari pasangan Taiwan, Lee Yang/Wang Chi-Lin di fase grup, Koh Herry berkata bahwa itu lantaran faktor minor, yaitu kurang cepat masuk dalam ritme pertandingan.

Seharusnya itu diperbaiki di laga perempat final yang lebih penting, tapi ternyata sama saja. 

Bukan kurang cepat masuk dalam ritme pertandingan, tetapi dalam dua set bisa dikatakan The Minions tidka pernah masuk dalam pertandingan.

Seusai laga Kevin/Marcus terlihat terdiam, dengan muka tanpa ekspresi, mungkin bingung, karena kekalahan kedua membuat mereka harus pulang sebagai unggulan nomor wahid.

Saya tentu saja kecewa, syukur kekecewaan saya terobati oleh penampilan Mohamad Ahsan/ Hendra Setiawan. 

Tak seperti Kevin/Marcus yang layu, kali ini Ahsan/Hendra tampil kokoh dan berhasil melaju ke semifinal.

Yang tak biasa tak nampak dalam laga The Daddies melawan pasangan Jepang, Takeshi Kamura/Keigo Sonoda. The Daddies yang unggul lima kali menang dari tujuh kali pertemuan melawan Kamura/Sonoda mengontrol jalannya laga.

Meskipun Kamura/Sonoda nampak ribut dengan teriak-teriakan yang berhasil membuat mereka unggul di set kedua, tapi pada akhirnya Ahsan/Hendra unggul 21-14, 16-21 dan 21-9.

Jika anda menyaksikan laga di set ketiga, Ahsan/Hendra bahkan unggul jauh hingga 8-0, yang membuat teriakan Kamura/Sonoda nampak seperti pekik penghiburan atas kekalahan mereka.

Seusai laga, Ahsan/Hendra menyebut bahwa kunci kemenangan mereka adalah tetap fokus dan tidak ingin terpengaruh kekalahan Kevin/Marcus.

"Kami tidak membiarkannya (kekalahan Kevin/Marcus) masuk ke kepala kami. Fokus kami adalah bagaimanan bermain dengan kekuatan kami dan kami yakin bahwa kami memiliki strategi yang tepat untuk menang" kata Ahsan, seusai laga.  

Bagi saya Kamura/Sonoda bukan lawan yang sesungguhnya bagi Ahsan/Hendra, tetapi lawan yagn dihadapi di semifinal nanti saya rasa akan menjadi ujian terberat mereka.

Di babak undi, calon lawan mereka adalah pemenang antara pasangan Hiroyuki Endo/Yuta Watanabe atau pasangan Taiwan Lee Yang/ Wang Chi-Lin. Hasilnya adalah Endo/Watanabe keok ditangan Lee/Wang dua set langsung.

Di atas kertas, Ahsan/Hendra masih unggul head to head 6-4 dari Lee/ Wang, akan tetapi perlu digarisbawahi bahwa dalam dua pertemuan terakhir Lee/Wang selalu unggul atas Ahsan/Hendra.

Jika harus memilih, saya bahkan akan memilih Endo/Watanabe sebagai lawan Ahsan/Hendra dibanding Lee/Wang.

Endo/Watanabe memang dikenal sebagai penjegal Kevin/Marcus tapi gaya bermain mereka yang cenderung defensif lebih mudah dipatahkan oleh Ahsan/Hendra yang taktis.

Sebaliknya Lee/Wang yang sangat balance, baik menyerang maupun bertahan sering memberikan kesulitan bagi Ahsan/Hendra.

Akan tetapi satu hal yang membuat saya akan yakin adalah kematangan The Daddies. Olimpiade meminta mental berada di titik paling tinggi. 

Kematangan Ahsan/Hendra bermain di laga penting seperti ini bisa saja membuat laga menjadi berbeda, dan menuntaskan perjalanan Lee/Wang nanti. Semoga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun