Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Megawati dan 74 Tahun yang Tak Mudah

23 Januari 2021   21:23 Diperbarui: 23 Januari 2021   21:44 1313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Megawati Soekarnoputri I Foto:Istimewa/Fin.com

Kehadiran Megawati sebagai trah Soekarno membuat kuatir rezim penguasa saat itu. PDI dibuat menjadi terpecah belah dengan dualism kepemimpinan di bawah Mega dan Soerjadi.

Tiga tahun kemudian, konflik memuncak, bentrok fisik terjadi di  kantor PDI di Jalan Diponegoro yang berujung peristiwa 27 Juli 1996.  

Tahun lalu, Megawati dalam pidatonya di Rapat Kerja PDIP di Jakarta berusaha mengenang itu dengan kalimat pedih.

"Saya sangat merasa prihatin (saat itu). Karena saya merasa bukan diri saya yang terobek. Tetapi hukum di Indonesia terobek. Karena bagaimana mungkin sebuah partai yang telah sah ditandatangani oleh republik ini, lalu tiba-tiba diserang dan dengan korban yang sampai sekarang ini belum diketahui berapa jumlah yang sebenarnya," ujar Mega.

Megawati memilih untuk tetap berdiri sebagai nahkoda di saat-saat sulit seperti itu. Merasa dirongrong, Mega dengan pengikutnya lalu mengadakan kongres PDI 1998, dan mengganti nama PDI menjadi PDI Perjuangan pada 1998.

Di Kongres yang sama, Mega kembali didaulat menjadi Ketua Umum PDIP 1998-2000, hingga sekarang ini.

Ketika Soeharto jatuh, perjalanan politik Megawati masuk ke dalam fase baru. Reformasi mengantarkannya menjadi  Wakil Presiden mendampingi Presiden Abdurahman Wahid pada Pemilu 1999, dan PDIP menjadi pemenang pemilu.

Presiden Abdurrahman hanya bertahan dari 1999-200, dan karena itu Mega yang waktu itu menjabat sebagai Wapres menggantikannya menjadi Presiden periode 2001-2004. Akhirnya, Mega membanggakan sang bapak dengna mengikuti jejaknya sebagai presiden.

Hasrat politik Megawati membuat dia memutuskan untuk terjun di Pilpres 2004, dan 2009, sayang Megawati mengalami kekalahan. Namun, PDIP terus kokoh sebagai oposisi pemerintah yang kuat saat itu.

Pada 2014, naluri politik Megawati membuat PDIP memilih mengusung dan mendukung Jokowi untuk turun ke Pilpres 2014 dan akhirnya Jokowi menang dan telah masuk ke periode kedua kepemimpinan.

Perjalanan karir politik yang terlihat tak mudah telah dilewatinya. Karier politik yang bisa dibilang tak mudah. Setiap kepedihan mengantarnya menjadi lebih kuat hari demi hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun