Inilah isu yang membuat anggapan bahwa Revitalisasi Monas bukanlah sebuah urgensi, dan akhir-akhir menjadi lebih rumit karena surat izin yang belum keluar dan lain sebagainya.
Untuk menyeimbangkan, mari kita lihat konsep dan desain dari revitalisasi monas tersebut. Apakah benar Revitalisasi Monas benar-benar produk betonisasi dan tidak ramah lingkungan?
Menilik dari penjelasan Kepala Dinas Cipta Karya Pertanahan dan Tata Ruang DKI Jakarta Heru Hermawanto, sebenarnya desain dari Revitalisasi Monas ini jauh dari kata menghilangkan RTH.
Soal 190 pohon yang dicabut dari sisi selatan pelataran Monas, Heru mengatakan bahwa itu hanyalah sebuah proses awal dari revitalisasi, karena wilayah yang sama juga akan ditanam pohon.
"Memang pohon di sisi selatan dicabut dan ini hanya sebagian kecil dari revitalisasi. Kalau orang berpikir pohonnya, kok, dicabut semua, ya, kan, sedang dikerjakan. Kalau secara total, lahan hijau untuk pohon dan tanaman di Monas nantinya akan bertambah," kata Heru saat dihubungi, Minggu (19/1/2020) sore.
Sisi yang dicabut pohon dalam jumlah yang cukup besar itu berada di sisi selatan.
 Jika kita perhatikan dari sisi disain, sisi ini rencananya akan dibuat lapangan plaza untuk upacara atau jenis kegiatan publik yang bertujuan untuk menyalurkan ekspresi warga.
Selain itu, di dekat situ juga rencananya akan dibangun kolam yang cukup luas untuk merefleksikan bayangan tugu Monas. Â
Kembali ke urusan pencabutan pohon. Pihak Heru memastikan bahwa pohon yang dicabut hanya akan dipindahkan ke sisi pelataran lain. Dari 190 pohon di pelataran selatan yang dicabut kabarnya, sebanyak 85 pohon akan dipindah ke pelataran timur dan barat Monas.
Sementara sisa pohon berada dalam kondisi rusak atau tidak terawat. Kawasan Monas, janji Heruakan dibuat lebih hijau, bahkan pihaknya sudah bekerjasama dengan  PT MRT Jakarta yang akan berkontribusi dengan menyumbang 800 bibit pohon tabebuya dan 120 bibit pohon cemara norfolk (Araucaria heterophylla).