***
Jika kita perhatikan, dari satu sisi, secara desain dan konsep tidak ada yang benar-benar keliru. Hanya memang ada beberapa kondisi yang meyebabkan kegaduhan terjadi.
Pertama, momentum revitalisasi ini nampak tidak begitu tepat. Jakarta baru selesai mengalami bencana banjir, sehingga proses pencabutan ratusan pohon sulit diterima oleh akal sehat dan langsung dikritik oleh masyarakat.
Anies yang masih pusing berdebat soal penyebab dan pencegahan banjir yang menurut dia intinya adalah naturalisasi, pasti akan pusing tujuh keliling, Â karena pihaknya di saat yang berdekatan mencabut ratusan pohon di kawasan publik.Â
Pemprov mungkin hanya perlu sabar untuk menunggu waktu yang tepat dalam mengeksekusi proyek ini.
Kedua, secara politis, pihak Anies tidak menyiapkan dengan rapi kelengkapan administrasi. Persoalan Keputusan Presiden Nomor 25 Tahun 1995 tentang Penataan Kawasan Medan Merdeka, mungkin dianggap angin lalu, hanya isu ini menggelinding dengan begitu cepat.
Benturan antara pihak Anies dan pemerintah pusat terpaksa harus terjadi karena ketidakrapian administrasi ini. Pihak Anies menganggap hal ini adalah sebuah hal kecil, namun dari perpektif politik, ini sesuatu yang tak bisa dianggap remeh.
Lalu apa sekarang? Jika secara konsep desain tidak bermasalah, maka jalan keluarnya adalah komunikasi.Â
Anies dan DPRD yang nampak keras soal proyek ini, harus sehati sepadu untuk melihat proyek ini dari perspektif yang sama.
Selain itu, soal Kepres, perlu diselesaikan dalam waktu yang dekat.
Jika tidak, proyek ini kemungkinan akan berhenti untuk sementara. Parahnya lagi, sisi yang pohonnya sudah dicabut, dengan proses konstruksi yang berjalan itu mungkin akan dipaksa untuk dikembalikan ke bentuk aslinya.Â