Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Gus Dur, Matt Busby dan Mie Rebus Jokowi

8 Februari 2018   21:02 Diperbarui: 9 Februari 2018   12:14 1894
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sir Matt Busby (kanan) I Sumber Illustrasi : Football Times

Budayawan sekaligus penulis bola, Romo Sindhunata pernah menulis  tulisan tentang  Gus Dur pada tahun 1999, berjudul " Kesebelasan Gus Dur".  Sindhunata dan Gus Dur memang memiliki kesamaan yaitu sama-sama pecinta sepak bola.  Zaman itu, tulisan Sindhunata dan Gus Dur mengenai sepak bola terus menerus dimuat di harian Kompas. Lebih dari sekali mereka berdua saling sahut-sahutan melalui bahasa bola untuk membahas Politik dalam kacamata Bola. Selalu tajam dan menarik.

Dalam tulisan "Kesebelasan Gus Dur" ini, Sindhunata berusaha memberi saran kepada Gus Dur agar dapat memilih anggota kabinet yang mumpuni. Kabinet ini disinonimkan dengan kesebelasan. Sindhunata berharap agar Gus Dur dapat membentuk "kesebelasan" yang bisa memberi lagi kebahagiaan bagi segenap masyarakat Indonesia.

Salah satu bagian tulisan yang menarik bagi saya adalah ketika Sindhunata berusaha mendorong Gus Dur sadar bahwa sebagai "pelatih", ia tidak perlu tahu dan ahli dalam segala-galanya. Para pemain-lah yang harus mengetahuinya. Tugas Gus Dur adalah seperti yang dibuat oleh Matt Busby, pelatih legendaris Manchester United, yakni menciptakan a home, a human place bagi para "pemainnya".

Para "pemainnya" harus merasakan dan selalu menimba inspirasi darinya untuk melakukan segala tugas dan kewajibannya. Sifat yang hangat dan sederhana harus menjadi ciri dari kepemimpinan dengan nilai-nilai tersebut. Saya akhirnya berusaha mengambil sedikit sari dari pesan ini. Kepemimpinan itu bukan nampak dari seberapa besar kekuasaan yang dapat direngkuh, tetapi seberapa banyak nilai yang ditunjukkan. Kekuasaan tidak kekal, tetapi nilai-nilai itu akan abadi.

Menciptakan "a home, a home place" ala Matt Busby.

Sindhunata tidak salah menyebutkan Matt Busby sebagai panutan dalam pesan-pesannya. Meski sepak bola modern sekarang lebih mengenal Alex Ferguson sebagai pelatih MU paling berhasil, tetapi sejarah mencatat bahwa Matt Busby telah meninggalkan nilai-nilai berharga demi kejayaan Manchester United.

Lahir di Orbiston, Skotlandia pada 26 Mei 1909, Busby bukanlah pemain natural Manchester United, tetapi dia bermain bagi para rival, Manchester City dan bahkan menjadi Kapten Liverpool. Setelah pensiun bermain pada tahun 1944, Busby ditawari pekerjaan sebagai asisten pelatih di Liverpool. Tetapi Busby menolak karena manajemen Liverpool tidak mau memberinya kendali penuh atas tim.

Busby "membelot", pada tanggal 19 Februari 1945 Busby menerima pekerjaan sebagai manajer di Manchester United (MU) yang saat itu sedang kosong.  Herannya MU mempercayai Busby dengan memenuhi permintaan Busby untuk menjadi Direktur Klub. Tugas Busby bukan sekedar melatih.

Busby menunjukan karakter dimana dia dapat dipercaya. Dia menunjukan bahwa jika klub mau maju, jangan takut untuk membuat perubahan. Dari segi administrasi, Sir Busby mengubah kebiasaan manajemen sepak bola bukan hanya di Manchester United tetapi juga di Inggris.

Ia menjadi pelatih pertama di Inggris yang menuntut kebebasan penuh dari pemilik maupun pengelola klub untuk bisa membeli dan menjual pemain yang diinginkan, mengatur program latihan sendiri, dan memilih pemain yang diturunkan di pertandingan.

Busby membuktikan bahwa dengan kepercayaan penuh tersebut dia dapat berbuat banyak. Busby membayar kepercayaan para direksi klub dengan mengantar MU ke posisi kedua liga pada tahun 1947, 1948 dan 1949 dan memenangkan Piala FA pada tahun 1948.

Bukan itu saja, Busby berhasil mengorbitkan anak-anak muda yang dalam "kabinet" lain tidak mungkin dipercaya. Anak-anak muda ini akhirnya disebut dengan The Busby Babes (bocah-bocah Busby).  Sangat muda, usia rata-rata 22 tahun dengan kapten Duncan Edwards yang baru berusia 18 tahun. Mereka berani dan mendominasi sepak bola Inggris.

Pada tanggal 6 Februari 1958, MU di bawah kendali Busby sempat goncang. Delapan anggota Busby Babes meninggal dalam sebuah kecelakaan pesawat di Muenchen, Jerman setelah menyelesaikan babak perempat final Piala Champions di Beograd. Tragedi yang dikenal dengan "Tragedi Munchen 1958". Namun di dalam segala tekanan, Busby berusaha untuk terus maju, meski kehilangan orang-orang terbaiknya. Di situlah jiwa kepemimpinan Busby semakin kelihatan.

Busby berhasil terus memotivasi "pasukannya" untuk bangkit. Busby Babes generasi dua dengan trio andalan George Best, Dennis Law, dan Bobby Charlton kembali membawa MU menuju kejayaan. Man United di bawah Busby menjadi klub Inggris pertama yang memenangkan Piala Champions tahun 1968 di Wembley dengan mengalahkan Benfica, 4-1. Setahun sesudah itu, Busby memilih pensiun sebagai pelatih, meski dibujuk kembali untuk melatih pada 1970-1971.

Busby adalah teladan. Di kala goncang dia tetap menjaga MU agar dapat bertahan dan fokus pada hari depan. Bekerja dan bekerja. 

"Menang bukanlah segalanya, seharusnya tidak ada kesombongan dalam kemenangan dan tidak ada keputusasaan dalam kekalahan." ujar Busby tentang bagaimana dia men"doktrin" anak asuhnya.

 Sir Matt Busby akhirnya meninggal dunia dalam usia 84 tahun di Cheadle, Stockport, Inggris, pada tanggal 22 Januari 1994 setelah bertarung melawan penyakit kanker.

Jokowi, saat di cafe Mie rebus I Sumber Illustrasi : Kompas.com
Jokowi, saat di cafe Mie rebus I Sumber Illustrasi : Kompas.com
Pada 8 Februari 2018. Masyarakat berkerumun di jalan yang dilaluinya sembari memanggil-manggil nama Jokowi. Jokowi sejak Rabu pagi belum mengganti kemeja putih lengan panjang tergulungnya itu tersenyum sembari melambaikan tangan. Jokowi menuju sebuah cafe sederhana.

Presiden mengambil tempat duduk dan memesan segelas es jeruk. Tidak berapa lama kemudian, ia memesan semangkuk mi rebus. Sembari berbincang-bincang dengan beberapa wartawan Istana Kepresidenan, Jokowi melahap semangkuk mi dengan kuah yang mengepul.

Orang nomor satu ini kembali menunjukan kesederhanaanya. Setelah lelah menghadiri sejumlah acara dan meninjau proyek infrastruktur di Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat, Jokowi ingin menghabiskan waktu dengan para pembantu-pembantunya. Ada Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Staf Khusus Presiden Johan Budi, dan Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar juga berada satu meja.

Tidak terasa, Presiden Indonesia itu menyantap habis semangkuk mi rebus itu. "Ini enak ini, tetapi puedes buanget," ujar Jokowi sambil tersenyum. Khas.

Saya lantas teringat salah satu filosofi mie rebus dari sebuah tulisan. Dimulai dengan sebuah pertanyaan, "Mengapa membeli mie di warung selalu enak?". Ini jawabannya; Kita selalu butuh orang lain, walau mungkin orang itu tidak bisa menyelesaikan masalah yang kita miliki.

Kita juga tetap butuh masukan dari orang lain. Siapa tahu saja masukan dan pemberian orang lain justru merupakan yang terbaik untuk kita. Jangan mudah berburuk sangka dan tetaplah berpikiran terbuka dengan orang lain. Dan yang paling penting, meski terkadang pedas, tetapi enak.

Pekerjaan rumah "pria kurus" teramat banyak, dan dia cukup lelah.  Dia tetap butuh orang lain. Dalam sebuah kesebelasan, yang bintang itu adalah kesebelasannya bukan pelatih atau pemain bintang.

Sang pelatih memang seperti kata Sindhunata, tidak selalu tahu segala hal dan tidak ahli segala-galanya. Tetapi seperti Busby dia hanya berusaha melahirkan a home a place, rumah manusiawi  bagi para pemain dan pecinta sepak bola yang melihatnya. Tentu dengan penuh harap bahwa nilai kehangatan, kesederhanaan, informal dan penuh humor itu akan terus diingat, dan abadi, meski suatu saat dia tidak akan menjadi "pelatih" lagi.

Referensi: 1- 2 -3

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun