Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Orkestra Harmoni Stimulus

30 Januari 2016   02:37 Diperbarui: 30 Januari 2016   02:50 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Stimulus Moneter dan Defisit Anggaran

Sinyal positif diberikan Bank Indonesia (BI) dalam proyeksi pertumbuhan ekonomi yang besarnya 5,2%-5,5% di atas target APBN 2016. Sementara sebelumnya suku bunga acuan BI Rate telah diturunkan 25 basis poin (0,25%). Dengan prakiraan inflasi akan naik sekitar 1% dari tingkat inflasi 2015 dan defisit neraca berjalan 2,5%, BI mengindikasikan akan menjalankan kebijakan stimulus moneter yang mendukung stimulus anggaran pemerintah dan dunia usaha (Easy Money Policy). Dengan kebijakan BI tersebut, perbankan akan dipersuasi untuk melakukan ekspansi kredit usaha dan konsumsi. Melalui kredit investasi diharapkan dunia akan mulai aktif berinvestasi sementara kredit modal kerja akan mendukung proyek pemerintah khususnya yang berkaitan dengan pembangunan infrastruktur. Sementara belanja pemerintah sudah mulai bergulir untuk pengadaan proyek infrastruktur. 

Sementara dari sisi fiskal, ternyata defisit anggaran 2015 hanya 2,56%, dibawah prakiraan 2,8%. Penerimaan negara mencapai 85,4% dari target sementara belanja negara 90,5% dari APBN-P 2015. Dalam kondisi perekonomian global yang masih terus dalam tekanan deflasi dan gejolak nilai tukar, dengan kebijakan stimulus anggaran (tanpa pengetatan), sementara rasio utang berada pada 27%.

Kondisi Global dan Spiral Deflasi

Perekonomian China terus bergejolak dengan indikasi yang dapat dilihat pada indeks bursa saham Shanghai. Demikian juga tekanan pada pasar keuangan yang berdampak pada nilai tukar Renminbi yang sementara masih dicoba dikendalikan oleh Bank Sentral China (PBOC " People's Bank of China). Gejolak ini menyebabkan Capital Outflow terus berlanjut seperti pada 2015 yang diprakirakan sebesar USD 1 Triliun.

Perekonomian US masih menghadapi kondisi inflasi rendah di bawah 2% yang menekan pertumbuhan; Strong USD dan kinerja korporasi serta ekspektasi pertumbuhan rendah. Kenaikan nilai tukar USD terhadap mata uang mitra dagang diberikan pada grafik-1; mitra utama (major currency-garis merah pada grafik) dan mitra lainnya (broad currency-grafik biru pada grafik) .

Sumber Informasi : The Fed - St. Louis - Economic Research

Perekonomian Euro Area masih memerlukan dukungan perpanjangan kebijakan Quantitative Easing dari Bank Sentral Euro (European Central Bank) untuk meningkatkan inflasi dan mendorong pertumbuhan.

Jepang sebagai salah satu sasaran pasar ekspor Indonesia, masih dalam tekanan pertumbuhan. Bank Sentral Jepang (BoJ : Bank of Japan) bahkan menerapkan suku bunga negatif -0,1% yang artinya mendorong masyarakat agar tidak menabung (saving) tetapi belanja (spending) juga agar perbankan lebih giat melakukan ekspansi kredit sehingga dapat meningkatka inflasi yang kelak akan berdampak pada peningkatan pertumbuhan ekonomi.

Indikasi global semakin menguatkan spiral deflasi yang dialami perekonomian global. ( Lihat : "Spiral Deflasi" dan "Currency Wars" yang Berbuah Krisis)

Perdagangan Global

Dalam artikel Eksternal Perlu, tetapi Fokus ke Domestik! diberikan gambaran tentang struktur PDB (Produk Domestik Bruto) perekonomian Indonesia dengan gambaran bahwa 80%-85% output merupakan "share" domestik. Sementara dampak gejolak perekonomian China diberikan dalam artikel : Nonsense - Faktor China Pada Pertumbuhan Indonesia.

Gambaran ekspor Indonesia berdasarkan negara atau regional tujuan diberikan pada grafik-2.

Sumber Informasi : Bank Indonesia - SEKI - Eksternal (dengan pengolahan).

Dengan menggunakan Index Elasticity terhadap perubahan GDP, pengaruhnya diberikan pada tabel-3.

Penjelasan Tabel-3. Perubahan GDP berdasarkan proyeksi IMF (IMF Data Mapper) dan Elasticity Index (Sumber : IMF Working Paper, January 2015). Dengan demikian, gejolak yang terjadi di China tidak memberikan pengaruh signifikan pada perekonomian Indonesia walaupun tetapi perlu diwaspadai upaya peningkatan ekspor produk China yang dilakukan dengan berbagai cara.

Ekspor dan impor dengan pasar US, neracanya diberikan pada grafik-4.

 

Sumber informasi : US Census Bureau - Foreign Trade. Untuk masa Desember 2015 berupa prakiraan berdasarkan rerata kenaikan tahun sebelumnya. Nilai perdagangan ini merupakan jumlah perdagangan langsung dan melalui "pihak ketiga" tetapi dicatat berdasarkan sumber atau tujuan Indonesia. 

Berdasarkan data pada kurun waktu 2013-2015, perdagangan Indonesia - USA mengalami surplus masing-masing per tahun sebesar USD 9,8 Miliar (2013), USD 11,1 Miliar (2014), dan USD 12,5 Miliar (2015).

Dengan mencermati Grafik-2, Tabel-3, dan Grafik-4, kondisi China tidak berdampak besar terhadap ekspor global Indonesia karena potensi substitusi atau pengganti masih terbuka dari pasar ekspor dari negara atau regional lain.

Orkestra Harmoni Stimulus

Dalam perekonomian yang mengalami tekanan atau resesi, sulit berharap pada sektor swasta menjadi penggerak perekonomian apalagi beban korporasi yang masih terhimpit dengan masalah resesi neraca (Balance Sheet Recession). Dengan kondisi resesi neraca, sektor swasta masih berupaya mengurangi beban utang eksternal dan rendah minatnya dalam berinvestasi. Pemerintah dengan pilihan kebijikan stimulus (bukan dengan pengetatan anggaran) akan berperan sebagai penggerak utama perekonomian.

Dengan APBN 2016 yang mulai bergulir sejak awal tahun, berarti kegiatan pembangunan bergulir lebih cepat dan belanja pemerintah akan menjadi stimulus perekonomian. (Lihat : APBN 2016 sebagai Stimulus Tembus GDP USD 1.000 Miliar). Arah Bank Indonesia dengan menurunkan BI Rate serta mengindikasikan kebijakan moneter dalam bentuk Easy Money Policy akan mendorong ekspansi kredit perbankan. Hal ini merupakan stimulus atau perangsang untuk menggairahkan kegiatan dunia usaha serta meningkatkan investasi yang tentunya memberikan ekspektasi positif akan pertumbuhan pada masa mendatang. Melalui serial paket stimulus perekonomian yang diterbitkan sejak September 2015 (hingga kini sudah mencapai 9 jilid) merupakan "sweetener" bagi dunia usaha yangk jeli memanfaatkan kesempatan. Stimulus anggaran, moneter, dan kemudahan dalam regulasi ibarat orkestrasi harmoni perekonomian Indonesia. Target pertumbuhan sesuai APBN 2016 sebesar 5,2% berdasarkan prediksi BI dapat mencapai hingga 5,5% (Lihat : The Big Shoot ! BI Rate Turun 0,25%). Kondisi ini akan menjadi daya tarik bagi investasi dana asing yang mencari tempat untuk mendapatkan imbalan yang lebih baik daripada di tempat lainnya yang mengalami resesi serta penurunan pertumbuhan.

Pilihan kebijakan yang tidak mengetatkan anggaran yang dilakukan pemerintah memang berdampak pada penurunan penerimaan negara melalui pajak dan peningkatan defisit anggaran yang berdampak kenaikan utang (Lihat : Defisit Anggaran dan Utang Ternyata Menyehatkan). Tetapi konsekuensi ini sejalan dengan "General Principle" kebijakan stimulus. Kenaikan inflasi dan depresiasi nilai tukar merupakan implikasi dari stimulus moneter dengan Easy Money Policy. Secara obyektif, apresiasi layak diberikan pada Bank Indonesia dalam pengendalian moneter sepanjang 2015; juga pada pengelolaan anggaran negara serta upaya menciptakan iklim usaha yang lebih baik melalui berbagai paket kebijakan.

Memang tidak sederhana untuk memahami dampak dari strategi dan kebijakan yang dipilih tanpa mendasarkannya pada prinsip ekonomi. Atau bahkan melihat secara parsial tanpa memahami secara komprehensif interaksi anggaran, moneter, dan makro dengan wawasan jangka panjang serta menganalisis indikator pencapaian.

Orkestrasi harmoni stimulus ini langkah sederhana; namun melancarkan arus penanaman modal asing (FDI : Foreign Direct Investment) yang mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi lebih pesat.

 

Arnold Mamesah - Laskar Initiatives

Akhir Januari 2016.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun